December 24, 2012

Job Seeking: Mental, Finansial, Spiritual [Like a Fairy Tale #2]

Di suatu sore mendekati waktu senja, saya bergegas menunaikan sholat ashar. Setelah selesai, di serambi timur Masjid Manarul Ilmi ITS ada sekumpulan orang duduk bersila dengan dibatasi hijab. Bukan, bukan hijab yang sekarang jadi ramai karena ada banyak komunitas cewek-cewek berkerudung mengambil kata hijab sebagai nama mereka.

Hijab yang dimaksud adalah penutup atau pembatas antara barisan laki-laki dan perempuan dalam sholat. Di depan para mahasiswa-mahasiswi yang duduk bersila tersebut ada seorang yang sedang berdiri memimpin sebuah diskusi yang terlihat begitu akrab. Mengingat maghrib sudah dalam hitungan menit akan mendekat, saya urungkan niat untuk meninggalkan masjid. Langkah kaki begitu mengayun mendekati sebuah forum terbuka tersebut. Dari kejauhan sayup-sayup terdengar suara yang tidak asing bagi telinga saya.

Mas Imron!
Marzuki Imron nama lengkapnya.

Ya....orang ini adalah alumni Teknik Mesin ITS (tahun angkatannya sengaja disembunyikan...hehehe). Pertama kali kami berjumpa adalah ketika saya menjadi panitia Pelatihan Pemandu (PP) LKMM FTI ITS VI 2009. Kala itu, sebagai panitia, saya harus stand by memastikan acara berjalan lancar terutama saat mendampingi para pembicara. Karena kebetulan resource panitia sangat sedikit, posisi saya sebagai koordinator sie pubdekdok harus dirangkap pula dengan posisi sie acara, konsumsi, dan tak jarang merangkap perkap. Saat itu saya menjadi LO juga mendampingi Mas Imron memandu di PP LKMM ITS. Ternyata beliau ini adalah satu dari segelintir orang yang berkesempatan menjadi Pemandu LKMM angkatan pertama di ITS. Dan yang sampai saat itu bertahan ya hanya Mas Imron ini.

Gaya khas Mas Imron saat menjadi pemandu selalu saya ingat. Jumlah slide powerpoint-nya tidak lebih dari 15, bahkan sangat jarang di atas 10. Slide-nya sangat jelek dan minim desain. Namun beliau sangat paham akan kelebihannya, yakni pemahaman konsep dan pendalaman materi yang sangat kuat yang dibungkus dengan cara penyampaian yang luar biasa. Melihat Mas Imron memandu itu seakan kita dibuatnya tidak mau melewatkan satu detikpun yang dia ucapkan. Bahkan beliau sendiri menyebut dirinya sebagai titisan "Bakul Jamu" karena saking lancar dan saktinya kemampuan komunikasinya...haha

Saya merasa cukup dekat dengan beliau karena kebetulan di tahun berikutnya saat saya mendapat amanah di BEM FTI, saya juga masih sering meminta bantuan beliau mengisi materi-materi tertentu untuk pelatihan yang kami buat. Satu lagi, kami menyukai grup band yang sama: Dewa 19. Bedanya, Mas Imron ini bisa dibilang sebagai Baladewa garis keras...hehehe

Sore itu, Mas Imron berkisah tentang kisah pribadinya mengenai "kesaktian Tuhan dalam hidupnya". Semua peserta terpana dengan cerita harunya. Begitu juga dengan saya.

Seakan mengingatkan pada perjalanan saya dalam mencari pekerjaan selepas wisuda ini.................... 

September 2012 saya resmi diperbolehkan menyandang gelar Sarjana Teknik di belakang nama lengkap saya. Ditandai dengan diserahkannya ijazah dan laporan hasil kuliah saya selama delapan semester. Selepas momentum wisuda yang penuh suka cita itu, saya beserta rekan-rekan yang lain langsung tancap gas mengadu peruntungan dalam mencari pekerjaan. 

Saya lupa pastinya ada berapa, namun yang jelas telah lebih dari 30 lamaran pekerjaan saya layangkan. Banyak juga rupanya. Dimulai dari lowongan-lowongan yang dipasang di Student Advisory Center (SAC) ITS, Bursa Karir ITS hingga Kompas Gramedia Job Fair. Belum juga menemui berita yang bagus, saya dan rekan-rekan memutuskan untuk kembali berpetualang hingga ke kota orang. Titian Karir ITB bahkan Career Days UGM kami datangi. Segala posisi mulai dari Staff Engineer hingga Management Trainee saya coba masuki. 

Saya memang memprioritaskan pada lowongan-lowongan yang sesuai dengan bidang saya Teknik Elektro, khususnya Telekomunikasi Multimedia. Bukan antipati terhadap lowongan di bank (yang ternyata banyak banget), tetapi saya masih sangat idealis untuk tidak memasuki perusahaan yang tidak ada kaitannya dengan keilmuan saya di kuliah. Kata-kata antipati mungkin akan pas bagi saya jika itu kaitannya dengan lowongan di perusahaan rokok. Benar, saya sangat menghindari dan bahkan sangat anti terhadap lowongan di perusahaan rokok, sekalipun di sana dibutuhkan Electrical Engineer atau bahkan engineer bidang telekomunikasi..hehehe

Benar kata orang, jika godaan terbesar mahasiswa yang baru lulus adalah dalam memilih-milih lowongan pekerjaan. Itu juga saya alami. Di awal saya hanya memasukkan lamaran pada perusahaan-perusahaan yang punya nama besar seperti Astra International, Pamapersada Nusantara, BUMA, Elnusa, Telkom, BP Migas (sebelum ditutup hehehe), Aneka Tambang, Hutama Karya, Wijaya Karya, dll.Untuk perusahaan-perusahaan yang namanya asing bagi saya, biasanya saya pikir-pikir dulu sambil mencari info terlebih dahulu. Namun khusus untuk perusahaan bidang Telekomunikasi, saya tidak pedulikan namanya, asalkan persyaratan dan bidang kerjanya sesuai dengan keahlian saya, pasti saya layangkan lamaran.

September berlalu. Oktober telah mendekati akhir. Puluhan tes telah saya lalui. Rata-rata saya mampu menembus sampai pada level wawancara. Jika ada yang tidak dipanggil tes awal, itu dikarenakan dua hal.

Pertama mungkin karena IPK saya yang tidak sampai 3,25. Memang kebanyakan lowongan untuk S-1 mensyaratkan IPK minimal 3,00. Pada kenyataannya, ada beberapa perusahaan yang persyaratannya adalah IPK di atas 3,00 tetapi yang mereka panggil adalah yang di atas 3,25. Mungkin mereka melihat terlalu banyak peminat sehingga langsung saja dipotong pada level tertentu. Kemungkinan kedua adalah penyeleksi berkas mengetahui bahwa bidang saya kurang sesuai dengan persyaratan. Ini saya sadari, karena tidak sedikit lowongan Teknik Elektro yang mencari orang bidang Power System dan Control System, namun saya tetap paksakan masuk sementara bidang saya adalah Telekomunikasi Multimedia.

Kegagalan demi kegagalan akan sangat menguji keteguhan seseorang. Tidak terkecuali saya. Beberapa yang sangat membekas adalah ketika saya harus gagal di tahap yang sudah agak akhir. Rasanya penuh sesal dan marah mengingat begitu banyak yang harus dikorbankan hingga sampai pada tahap tersebut. Tidak jarang saya harus menolak atau bahkan tidak hadir pada suatu tes karena lebih memilih tes di perusahaan lain yang kebetulan waktunya bentrok.

No Sacrifice No Victory!

Begitu yang ada di kepala saya saat itu terjadi. Psikotes model manapun saya pernah ikuti, karena saking banyaknya perusahaan yang saya lamar. Interview HRD yang lebih banyak mengeksplor kepribadian dan kemampuan leadership pun juga sering saya hadapi. Keadaan ini menimbulkan kepercayaan diri yang sangat mantap di langkah saya. Namun sayangnya, setan tidak tinggal diam. Pede memang terkenal tipis bedanya dengan sombong jika seseorang tidak punya mental yang baik.
Mungkin itu yang terjadi pada saya, sehingga bibit-bibit sombong secara tidak sadar sedang tumbuh pada diri saya.

Astaghfirullah.....

Beberapa interview saya gagal. Dan beberapa diantaranya adalah pada tahap yang seharusnya saya bisa lewati. Surabaya, Bandung, Jogja, Malang adalah saksi kota dimana saya berjuang ke sana kemari. Entah berapa rupiah telah keluar dari kantong. Keluar-masuk pintu tes pun juga telah berulang kali. Perusahaan besar kecil kini sama saja di mata saya. Meskipun saya masih tetap memegang prinsip "asal bukan bank dan rokok". Sampai tiba dimana ada satu titik saya merenung dan mencoba menarik nafas.

Saya ingat benar apa yang saya lakukan ini rupanya sama dengan yang Mas Imron ceritakan di masjid sore itu! Suatu malam menjelang tes presentasi di salah satu perusahaan, saya ingat dialog saya dengan-Nya..... 

"Tuhan....Engkau telah memberiku ujian yang begitu luar biasa..
Hamba telah salah..
Hamba telah terjerumus pada kesombongan yang Engkau murkai..
Selepas wisuda ini......
Hamba terlalu bangga dengan IPK yang Engkau berikan..
Terlalu sombong dengan latar belakang Prestasi Organisasi yang Engkau titipkan..
Terlalu percaya pada ilmu telekomunikasi multimedia yang Engkau hampirkan..
Terlalu mendewakan sejuta pengalaman softskills dan semua atribut yang sejatinya bukan milik Hamba, bahkan tidak pernah menjadi milik Hamba..

Tuhan....hari ini..malam ini hanya ada aku dan Kau..!
Hanya kita berdua!
Saksikanlah ya Allah Robbul 'Alamiiin...
Hamba menyerah..
Hamba menyerah..
Hamba menyerah..!
Engkaulah dan hanya Engkau yang memiliki kuasa atas segala yang terjadi pada Hamba..
Telah ku usahakan semampuku untuk sempurnakan ikhtiar padamu..
Maka kini hanya Engkau yang berhak atas apapun pada diriku..
Hamba sadar..sepenuhnya sadar bahwa harga selautan syukurku hanyalah senilai dengan setitik nikmat-Mu di bumi..
Selangkah aku merapat pada-Mu maka seribu langkah Engkau rapat padaku..

Ampuni Hamba ya Raabb..
Ampuni Hamba..
Peluklah Hamba...." 

Kalimat tersebut seakan mengalir tanpa terpikir. Deras sederas air mata yang terkuras. Pada titik itu saya menyadari bahwa ada satu elemen penting dari segala macam pencarian kita akan impian juga visi, yakni satu hal yang jauh lebih esensial: tujuan penciptaan kita alias tujuan kita hidup.

Esok harinya, seakan jalan begitu lancar terbuka. Melebihi nyamannya jalan tol bahkan rel kereta eksekutif. Tes presentasi dua tahap dan tes wawancara dua tahap langsung berujung padmedical check-up. Dua minggu berselang, undangan tanda tangan Surat Perjanjian Kerja telah masuk ke email saya. Saat itulah saya percaya bahwa Tuhan benar-benar sakti dan bahkan Mahasakti.

Saya takut bukan main. Takut jika Tuhan menampakkan kesaktian-Nya (yang sebenarnya jauh lebih besar dari ini) akan membuat semuanya tampak semakin tidak terjamah pikiran dan akal. Benar-benar menakutkan. Seketika saya merasakan pelukan Tuhan yang luar biasa!

Pada keadaan ini ada tiga hal yang saya pelajari dari kisah seru ini. 
Pertama, bahwa dalam mencari pekerjaan, atau bahkan lebih dari itu, yakni dalam mengejar impian dan visi hidup, kita setidaknya harus menyiapkan tiga bekal: MentalFinansial, dan Spiritual.


Kedua, setiap karateka yang akan naik sabuk pasti harus diuji kemampuannya. Begitu juga manusia. Ketika level kita akan dinaikkan oleh Tuhan, maka Dia akan memberikan ujian dengan cara-Nya sendiri.

Dan yang ketiga, bahwa hidup ini sangat indah dan nyaman ketika kita melibatkan Tuhan dalam setiap keputusan dan urusan kita. Pada dasarnya segala anugerah yang kita nikmati ini semuanya adalah titipan dari-Nya yang tak akan pernah pantas untuk kita sombongkan. Maka saat kita benar-benar menyerahkan segalanya pada-Nya (tentunya dengan didahului usaha maksimal sebelumnya) dan terus berprasangka baik, Tuhan akan memberikan jawaban juga rejeki dari pintu yang tidak pernah kita duga.

Just be Positive, Persistence, and Pray! :)

14 comments:

  1. apa yang ditulis mas aris sama seperti apa yang pernah diucapkan ibuk dan abang mas :)
    merinding tauu bacanyaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah...

      btw, rasanya doa ini diputar lagi di bioskop begitu nonton Life of Pi.. :)
      benar-benar saat kita merasa terpuruk jatuh di bawah, saat itulah DIA ingin berbicara pada kita...

      Delete
  2. cool Ris..
    gk tau napa mbaca notemu mbrebes mili.
    mgkin inilah yg disebut nulis dg hati. transfer energipositifnya pun lewat hati. merangkak merasuk ke lahan yg pling dalam, mendekap seluruh ap yg ada disekitarnya. cengkramannya begitu kuat seakan gak mau keluar.
    kekuatan transfer energi lewat hati.

    Ya Alloh yang Maha membolak-balikkan hati.
    luruskan hati ini agar senantiasa kejalan agamaMU Ya Alloh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah... :)
      thanks azzam sudah mau repot-repot mampir, baca sampe habis, dikomen pula...hehe

      Delete
  3. Riz, mungkin sdh lama tak jumpa,
    heyy pa kbr ?

    blogspotmu luar biasa kawan, SANGAT menginspirasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah... :)
      suwun bro wes mampir..hehehe

      iyo bro, suwe nggak ketemu..
      ayo blog-mu cepetan di-update jg bro!

      Delete
  4. wah mas aris ini emang keren :D numpang promosi blog juga ah lianoo.blogspot.com

    ReplyDelete
  5. halo mas, kebetulan aku lagi blogwalking nemu blognya mas aris :-) postingan ini bisa jadi alarm disaat manusia lagi lengah. Very nice and inspiring post :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. waah retyy.. ;)
      alhamdulillah..insya Allah..
      thanks yaa..
      ayo mana blogmu..liat..hehe

      Delete
  6. mantap, menginspirasi bang aris

    ReplyDelete
  7. Mau tanya mas, kalo tes presentasi di tower bersama grup itu tes presentasinya kaya gmn ya mas?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah maaf telat responnya.
      Presentasinya biasa aja, nggak lama kok, yang lama wawancaranya krn dieksplor lebih luas sama interviewernya.

      Delete