December 13, 2012

Ketika #Janji Tak Lagi Sakral...

"Fer, ntar pulang sekolah main bola lagi yuk!".

"Oke, jam 3 sore di lapangan ya..ajak Chris sama Ayiek juga!"

"Beres, kamu bawa bola yaa..ntar malem lanjut kita kerjain PR matematika, gmn?"

"Sip. Di rumahmu aja kalau yang itu..."


Percakapan di atas seperti sebuah kebiasaan yang sering dijalani oleh anak-anak SD jaman kita dulu.
Adakah yang aneh?
Ada!
Entah karena apa, pada sore harinya, tepat jam 3 sore, keempat bocah SD tersebut sudah bertemu di lapangan dan bermain bola bersama. Persis seperti yang dijanjikan!

Anak-anak memang dikenal memiliki energi yang seperti tak ada habisnya. Pagi-siang sekolah. Sore bermain. Malam hari mereka masih sanggup mengerjakan PR berkelompok. Jauh lebih dalam, bukan hanya energi yang bisa kita soroti dari ilustrasi riil di atas. Namun lebih kepada sakralnya sebuah janji.

Masa kanak-kanak kita telah dididik (entah oleh siapa) untuk dengan mudah memegang erat janji semudah kita membuatnya. Memegang erat janji, ini lebih dari sekedar menepati janji. Memegang erat berarti mengusahakan semaksimal yang kita bisa untuk tetap menjaga agungnya sebuah janji. Dengan kata lain, benar-benar menomorsatukan janji yang telah dibuat.
  
Contoh paling mudah adalah saat kita telah membuat janji akan membantu seorang teman untuk mengerjakan tugasnya. Jika kita adalah termasuk orang yang memegang erat janji, maka kita akan membantu mengerjakan tugas teman tersebut dengan sebaik-baiknya dan semaksimal yang kita bisa. Namun jika kita masih pada taraf menepati janji, maka pekerjaan tersebut kita jalankan dengan sewajarnya tanpa ada usaha lebih untuk memberikan yang terbaik. Karena dengan membantu mengerjakan sewajarnya saja kita sudah sukses menggugurkan kewajiban kita untuk "menepati janji".

Lihat? Ada perbedaan mendasar diantara kedua pengertian tersebut.

Kembali kepada masa kecil kita dulu.

Bisa dibayangkan, tiada ancaman bahkan hukuman jika kita tidak memegang janji saat masih kecil dulu. Namun secara otomatis sanksi moral sudah tertanam di dalam alam bawah sadar kita. Padahal secara logika, bisa saja salah satu atau bahkan keempat-empatnya punya pikiran untuk tidak hadir pada pertemuan yang telah mereka janjikan. Dan sekali lagi, agenda yang mereka buat sangat tampak sepele: bermain bola.

Semua berubah sejak teknologi kian maju berkembang. Telepon, sms, bbm, line, whatsapp, dan segala aplikasi dari ponsel cerdas benar-benar memanjakan kita. Sayangnya, ini tidak diimbangi dengan kecerdasan dan kesiapan mental kita. Teknologi yang sedianya dibuat untuk memudahkan berkomunikasi, kini berubah menjadi sarana untuk menggampangkan janji.

Bagi pengguna teknologi komunikasi, khususnya yang belum memiliki kesiapan mental dan prinsip teguh dalam hubungan interpersonal, janji akan menjadi hal yang tidak lagi sakral. Sekarang ini, kalimat "nanti jam 3 ketemu di lapangan"  akan diolah oleh kepala dan hati yang bermental buruk menjadi kalimat "nanti jam 1 bisa dibatalkan atau ditunda dengan mengirim sms/bbm".

Tidak hanya janji yang dengan mudahnya tergadai. Sopan santun menjadi hal yang terlalu banyak kelonggaran jika teknologi komunikasi berada pada tangan yang salah. Contoh mudahnya, kita cenderung lebih memilih mengirim sms/bbm dari atas kendaraan daripada mengetuk pintu rumah teman kita meski sudah di depan pintu pagar.

Ironis.

Saksikan betapa indahnya masa kecil kita. Dimana tak ada janji yang tergadai karena keteguhan setiap insan memegang janji. Marilah memanggil memori masa kecil dimana kita tak butuh sms/bbm untuk menggampangkan janji. Mari belajar berhati-hati membuat, memegang, dan mempertanggungjawabkan janji.

SMS/BBM diciptakan untuk memudahkan berkomunikasi, bukan untuk menggampangkan janji. Biarkan SMS/BBM melakukan tugasnya untuk menyingkat jarak. Tetapi jangan gunakan untuk membantu kita menambah luka orang lain dengan menggampangkan janji.

"sesungguhnya janji adalah hutang dan hutang itu wajib dibayar"

2 comments:

  1. Iya ya mas..merasa sedikit tersindir ._____.

    ReplyDelete
  2. ternyata ada juga yang berpikir seperti ini. Zaman benar2 berubah

    ReplyDelete