April 23, 2016

Emangnya Dewa?

Seumur hidup kita tak mungkin bisa menyenangkan hati semua orang yang kita kenal.

Kira-kira seperti itulah hukum alam. Kita tentu tahu bahwa hidup kita ini berisi serangkaian keputusan yang mana di dalamnya terkandung konsekuensi yang mengikutinya. Otomatis dan pasti. Bisa berkonsekuensi baik. Bisa juga buruk. Atau bahkan kombinasi dari keduanya.

Tingkah laku kita pun tak akan pernah benar-benar bisa membuat semua orang tersenyum. 

Pasti selalu saja ada pasukan sakit hati atau minimal barisan nyinyir.

Ambil contoh Mas Anies Baswedan.

Ngomong-ngomong ini bukan bentuk kekurangajaran saya loh ya kok sampe berani-beraninya manggil Pak Menteri dengan sebutan "Mas", tetapi karena sejak intens mengikuti beliau dan ikut nimbrung dengan teman-teman "Turun Tangan" (sebuah social movement asuhan beliau) sapaan "Mas" lebih sering kami pakai kepada ybs dan beliau pun mengiyakan.

Tidak sedikit yang mengidolakan Mas Anies, terlebih sebelum hiruk pikuk Pilpres 2014. Saya secara pribadi mengikuti beliau sejak pertemuan pertama kami di Surabaya medio 2010 lalu hingga kemudian menjadi follower twitter, youtube, dan tulisan-tulisan beliau. 

Sederhana saja. Anda tentu tidak akan mungkin bisa menganggap remeh seseorang yang masuk ke dalam "20 Persons 20 Years" versi majalah Foresight sebagai tokoh yang harus dilihat karena pengaruhnya pada tahun 2020 mendatang, bahkan beliau satu-satunya dari Asia Tenggara dan disejajarkan bersama Vladimir Putin, Hugo Chavez, Rahul Gandhi. Royal Islamic Strategic Studies Center menganugerahinya sebagai salah satu dari "500 Most Influential Muslims in the World". Mei 2008 lalu Majalah Foreign Policy Amerika bahkan memasukkan nama beliau dalam daftar "Top 100 Public Intellectuals in the World" dan berlanjut di tahun berikutnya World Economic Forum menyebutnya dalam daftar "Young Global Leaders".

Mungkin yang hanya tahu Mas Anies (pemegang rekor sebagai Rektor Termuda di Indonesia saat menjabat sebagai Rektor Univ. Paramadina di 2007 lalu) dari media nasional, hanya akan mengamati pergerakan beliau sebagai penggagas, pendiri sekaligus chairman gerakan Indonesia Mengajar dan gerakan Turun Tangan. Lalu selebihnya menganggap nama beliau tidak lebih besar daripada titel "Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI" kemudian seperti menteri-menteri lain yang namanya hanya terdengar besar ketika ada "ulah" aneh yang tertangkap media nasional.

Nah kembali ke soal "menyenangkan orang lain" tadi. Mas Anies pernah membuat keputusan besar dengan mengikuti konvensi Bakal Calon Presiden dari Partai Demokrat. Seketika nama Anies Baswedan yang terkenal independen langsung ramai dibicarakan oleh kawan dan lawan. Puncaknya ketika di Pilpres 2014 lalu saat beliau secara tegas dan resmi menyatakan dukungan kepada Capres Joko Widodo dan menjadi juru bicara Tim Jkw-JK, riuh gemuruh semakin menjadi-jadi.

Kami yang merasa sepemikiran bahkan sebagian secara terang-terangan bilang "ngefans" pun saling silang pendapat. Saya mengamati berbagai celoteh di sosial media juga isi pembicaraan kawan-kawan Turun Tangan Jakarta di grup WA, di mana di dalamnya sudah pasti berisi orang-orang yang "menyukai" Mas Anies. Nah orang-orang yang "suka" seperti mereka saja ada yang tidak berkenan, tidak suka, bahkan mengaku kecewa atas keputusan Mas Anies. Apalagi orang-orang yang dari awal tidak sepaham dan sejalan dengan Mas Anies?

Oke, anggap saja Mas Anies bukan orang yang tepat representasikan kebaikan. Lalu bagaimana Rasulullah Muhammad? Seorang makhluk suci yang sudah dijamin surga dan segala tindakannya berdasarkan tuntunan dari Allah saja masih tidak bisa membuat semua orang menyukainya. Keputusan-keputusan beliau pun masih saja dianggap kontroversial bagi mereka yang berseberangan. Bahkan hingga sekarang saat beliau telah meninggal dunia.

Contoh lain yang lebih dekat adalah dalam konteks keluarga. Siapa sih yang nggak cinta sama Ibu/Bapak, suami/istri, kakak/adik, ataupun anak-cucu? Tetapi apa iya setiap tindakan orang yang kita cintai tersebut selalu berkenan di hati kita? Apalagi orang lain yang tidak ada hubungan darah sama sekali dengan kita?

Artinya, usia kita tidak akan pernah cukup untuk bisa membuat semua orang menyukai kita. Atau setidaknya senang terhadap segala tindakan kita. Akan selalu ada pertentangan. Akan selalu ada keberatan, kekecewaan, bahkan ketidaksukaan.

Jadi kalau ada orang yang nyinyir, protes, nggrundel, ngomel, bahkan melolong merengek terus minta agar setiap tindakan dan keputusan kita dapat menyenangkan setiap individu yang kita hadapi kayak gitu.....

Emangnya bisa?

Emang kita ini siapa?

Emangnya dewa?

No comments:

Post a Comment