June 17, 2015

Foto Bareng Pandji Pragiwaksono

9 Agustus 2011. Di bulan yang bertepatan dengan Ramadhan tersebut, saya yang saat itu masih berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir, merantau dari Surabaya ke Jakarta demi menjalani program Kerja Praktek di kantor pusat BPPT. Seperti biasa, setibanya dari kantor sambil merebahkan badan menunggu azan maghrib, saya buka linimasa twitter. Diantara twit-twit yang berserakan, saya terperanjat saat akun @pandji ngetwit bahwa malam itu dia dan dua orang temannya (Ernest Prakasa dan Ryan Adriandhy) mau bikin acara stand up comedy spesial di Hard Rock FM. Waktu itu, stand up comedy di Indonesia baru saja memulai perjalanannya pasca meledaknya video StandUpNite #1 di youtube. Demamnya saja belum terlalu banyak menjangkiti anak-anak muda seperti sekarang.

Karena baru benar-benar mengenal Jakarta, dengan polosnya saya bertanya dimanakah tempat yang Pandji maksud tersebut, maka saya me-mention dia untuk bertanya. Tak diduga, twit saya dibalas.


Sejujurnya yang mendorong saya ingin menghadiri undangan terbuka Pandji tersebut, bukan semata-mata karena stand up-nya, akan tetapi justru karena saya membaca Nasional.Is.Me. Seorang teman merekomendasikan untuk mengunduh e-book Nasional.Is.Me dan tidak seperti biasanya, saya mampu melahap satu buku penuh hanya dalam satu hari. Semua yang Pandji tuturkan dalam buku itu seperti menjawab suara hati setiap orang saat bertanya "Mengapa saya harus mencintai Indonesia?"

Beranjak dari e-book, yang pada akhirnya saya beli juga format fisiknya, saya semakin penasaran dengan isi kepala seorang Pandji. Maka berselancarlah saya di blog pandji.com dan mulai menikmati juga mengagumi tulisan-tulisannya. Dan malam itu, 9 Agustus 2011, saya mengasumsikan bahwa orang seperti Pandji ini, kalaupun nanti dia bikin karya selain tulisan, pasti temanya nggak jauh-jauh juga dari ke-Indonesia-an, sehingga saya sangat yakin bahwa malam itu jika dia akan stand up, pasti bit-bitnya juga tentang ke-Indonesia-an.

Benar! Nyaris selama 30 menit (kalau ditotal, karena dia "main" dua kali) Pandji melempar bit demi bit keren tentang anomali yang terjadi di Negeri ini. Saya puas bukan main. Sebagai pekarya, dia sukses menyampaikan pesannya.

Hard Rock FM Jakarta, Agustus 2011

Ada tiga hal yang membuat saya merasa bahwa momen yang diwakili melalui foto ini begitu istimewa...

Pertama..
Bulan itu adalah kali pertama saya benar-benar belajar hidup merantau di Jakarta, kota yang akhirnya menjadi tempat saya mencari nafkah selepas lulus kuliah. Walau sejak awal tahun 2015 ini sudah tidak lagi berdinas di Jakarta, nyatanya kota ini tetap jadi salah satu kota yang saya rindukan dan singgahi ketika cuti, untuk sekedar me-refresh mata dan pikiran dari kesibukan pekerjaan di remote area. Jadi, kapanpun saya membuka foto ini, angan dan pikiran saya dengan sangat mudahnya menikmati kembali semua nuansa di masa-masa awal saya belajar hidup sendiri di Ibu Kota yang (kata orang) keras ini. Sebuah alasan yang sangat personal.


Kedua..
Selain Nasional.Is.Me, (saat itu) saya telah membaca e-book "Menghargai Gratisan", mengunduh dan bahkan membeli buku "How I Sold 1000 CDs in 30 Days". Setelah menikmati karya-karya tersebut, yang pertama terlintas di pikiran saya adalah "Ya! Saya harus kenal dengan orang ini. Saya harus serap semua ilmunya." Jadilah malam itu akhirnya saya bertemu dengan seseorang yang memang saya tunggu-tunggu untuk saya temui. Berjabat tangan dan ngobrol ringan bersamanya membuat saya merasa mendapat partner diskusi yang seru. Sehingga foto bersama hanyalah "sekedar" bonus.
*padahal girang banget :D

Berbeda dengan selebritis yang lainnya, ketika saya datang ke acara ini, malah Pandji duluan yang dateng nyalamin dan ngajakin saya ngobrol. Sebuah keramahan dan kerendahan hati yang sangat tulus dari pekarya terhadap penikmat karyanya. Jauh dari kesan angkuh yang orang lain sering sematkan kepada selebritis pada umumnya. Hingga sekarang saya masih heran kenapa orang kayak Pandji gini masih ada juga haters-nya :))

Di akhir acara setelah puas ngakak, saya datang lagi nyamperin Pandji untuk berpamitan seraya mengucap terima kasih. Lagi-lagi Pandji mengejutkan saya dengan menjawab,"Eh enggak bro, gue yang berterimakasih karena lo mau hadir di acara gue. Terima kasih banyak yaa". Perbincangan singkat itu kami akhiri dengan foto bersama.

Hingga sekarang saya masih terkenang dan belajar tentang arti ketulusan, kerendahan hati, dan penghargaan dari interaksi singkat kami berdua empat tahun lalu.

Pertemuan ini pula yang mendorong saya untuk semakin ingin menyerap semua ilmu yang Pandji sering bagikan. Saat masih berstatus mahasiswa, saya telah dua kali menghadiri acara bedah buku Pandji di Surabaya.

Surabaya, Maret 2012

Saya ingat betul ekspresi Pandji yang kaget saat itu dimana saya meminta tanda tangan di buku "How I Sold 1000 CDs in 30 Days", padahal waktu itu adalah bedah buku Nasional.Is.Me hehehe. Penasaran saya pun berlanjut untuk menikmati karya Pandji dalam media lain: musik. Jadilah saya membeli 3 album pertama Pandji secara eksklusif lengkap dengan tanda tangannya.


Ketiga..
Di malam itu dengan GR-nya saya merasa menjadi saksi sejarah (lebay banget hehe) yang mendengar dan menyaksikan untuk pertama kalinya Pandji melempar bit tentang khotib, FPI, dan sindikat anak-anak kecil yang teriak "aamiiin" di setiap solat tarawih. Bit-bit yang sangat kontroversial dan berani namun bagi saya itu sangat cerdas. Rupanya Pandji membawa bit-bit ini pula ke panggung yang lebih besar lagi dan saya masih saja ngakak saat Pandji menuturkan itu kembali di kesempatan lain (yang kebetulan saya nonton).

Di samping itu, malam itu juga secara tidak langsung, Pandji mengenalkan saya kepada sosok Koh Ernest dan Ryan Adriandhy. Saya, yang merasa perform mereka di youtube StandUpNite #1 biasa-biasa saja, malam itu seperti tertampar dengan bit-bit mereka berdua yang sukses memanen tawa dan sangat cerdas. Saya bergumam, kelak mereka berdua ini akan jadi komika keren. Hasilnya? Sekarang para penikmat stand up comedy Indonesia pasti tidak asing dengan kedua nama ini.

Pandji - Ryan - Ernest

Begitulah, setiap pertemuan dan perkenalan kita dengan orang baru akan selalu membawa hal baru juga dalam hidup kita. Alangkah indahnya jika hal baru itu adalah hal yang baik. Saya senang dapat mengenal dan berinteraksi secara langsung dengan sosok Pandji, meski kini lebih dominan melalui sosmed.  

Ngomong-ngomong, ada dua hal identik dalam diri Pandji yang berkaitan erat dengan saya:
1. Kami sama-sama mengagumi dan mengidolakan Mas Anies Baswedan
2. Secara kebetulan tanggal ulang tahun Pandji sama dengan tanggal ulang tahun Ayah saya, 18 Juni. Jadi, jika memang saya berkesempatan memenangkan kuis ini, saya dedikasikan hadiahnya sebagai kado untuk ulang tahun Ayah saya :)

No comments:

Post a Comment