August 08, 2011

Mengagumi Istiqlal, Mensyukuri Kuasa-Nya

Selama di Jakarta, Masjid Istiqlal tentu menjadi tempat yg wajib (bagi saya) untuk dikunjungi. Konon masjid ini adalah yang terbesar di Asia Tenggara. Lokasi masjid ini berada di timur laut lapangan Monumen Nasional (Monas). Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai. Masjid ini mampu menampung orang hingga lebih dari dua ratus ribu jamaah (dari sebuah sumber akurat).

Nama "Istiqlal" (yg dalam bahasa arab berarti "merdeka") dipilih oleh Presiden Soekarno sebagai wujud syukur atas kemerdekaan RI. Ide pembangunan masjid ini tercetus oleh beberapa tokoh agama kala itu,  KH. Wahid Hasyim, Menteri Agama RI pertama, bersama-sama dengan H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto dan Ir. Sofwan beserta sekitar 200-an orang tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqorrahman.

Penentuan letak pun menjadi perdebatan tersendiri antara Bung Hatta dan Bung Karno, yg akhirnya menyepakati lokasi di atas bekas benteng Belanda Frederick Hendrik dengan Taman Wilhelmina yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Van Den Bosch pada tahun 1834 yang terletak di antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral dan Jalan Veteran. 

Sayembara pun digelar untuk menentukan arsitektur mana yg akan dipilih lengkap dg segala persyaratan mendetil dari Tim Juri beranggotakan orang-orang hebat di bidangnya, termasuk Ir. H. Djuanda (Menristek yg namanya diabadikan sebagai bandara di Surabaya) dan diketuai langsung oleh Presiden Soekarno. Dari 27 karya terbaik dari seluruh pelosok negeri, terpilihlah lima, kemudian satu karya pemenang berjudul "Ketuhanan" milik Frederich Silaban.

Silaban memang bukan muslim. Namun sebelum memulai mendesain, konon dia menghabiskan waktu tiga bulan untuk mempelajari tata cara dan aturan orang islam dalam beribadah (sholat ataupun berdoa) di masjid, mengupas referensi-referensi serta berbagai pustaka tentang masjid-masjid megah dunia, dan riset-riset lainnya yg dia lakukan demi merancang Istiqlal.

Istiqlal berdiri di atas tanah seluas 12 hektar dengan luas bangunan 7 hektar dan luas lantai 72.000 meter persegi.
*oke.....saya akan mempersilakan Anda membayangkan seberapa megahnya :)

Gedung induknya terdiri dari lima lantai (sebagai simbol lima waktu dalam Islam). Kubah besar memiliki diameter 45 meter (sebagai simbol rasa syukur atas tahun kemerdekaan). Bagian bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi indah Surat Yasiin (yg menurut sebuah sumber, dibuat oleh K.H. Faiz) sedangkan bagian dalam di bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi surat Al Fatihah, Thoha ayat 14, ayat Kursi, dan Al Ikhlas. Di atapnya dipasang penangkal petir yg sengaja dibentuk lambang Bulan dan Bintang berdiameter 3 meter dg berat 2,5 ton!


Masih tidak percaya Istiqlal itu besar? :)

Dari dalam, kubah ditopang oleh 12 pilar berdiameter dua meteran.
*12 merupakan tanggal kelahiran Nabi Muhammad, 12 Rabiul awal

Kubah dalam Istiqlal


Bagian induk masjid diapit oleh dua sayap teras yang juga cukup luas. Ada juga teras raksasa terbuka yg ada di sebelah kiri belakang gedung induk. Sepintas jika Anda melihat teras ini, sangat mirip dengan teras terbuka Masjidil Haram yang mengelilingi Ka'bah. Konon selain difungsikan sebagai tempat acara-acara keagamaan seperti MTQ, dulunya teras ini digunakan untuk manasik (latihan) haji. Teras ini dibuat untuk menampung jemaah pada dua sholat hari raya (yang biasanya membludak). Arah poros teras menghadap Monas menandakan masjid ini adalah masjid nasional. Menara masjid setinggi 66,66 meter mewakili jumlah ayat dalam Al Quran.

Lantai dasar masjid seluas 2,5 hektar kini semarak dg berbagai aktivitas umat muslim dan beberapa organisasi di dalamnya. Ada kantor MUI, Dewan Masjid Asia dan Lautan Teduh, Dewan Masjid Indonesia, Pusat Perpustakaan Islam Indonesia, LPTQ dan BP4 Pusat. Halaman masjid yang luas dapat ditempuh melalui tujuh pintu gerbang yg sangat besar. Pendingin ruangan hanya digunakan bagi ruangan-ruangan kantor di lantai bawah dengan menggunakan sistem kendali terpusat.

Berarti ruang masjid panas dong ya?
Oh...tenang.... Pohon-pohon rindang yg mengelilingi masjid, seluruh bagian gedung utama yg dilapisi marmer Tulungagung (seluas lebih dari 36 ribu meter persegi) akan menghadirkan hawa sejuk yg menambah kekhusyukan jamaah kala beribadah. Jauh dari kata gerah.

Salah satu ruang utama Masjid

Tempat wudhu berada di lantai dasar dan dapat digunakan oleh 660 orang dalam waktu yang bersamaan. PAM mengalirkan 600 liter air per menit per hari untuk keperluan wudhu, kamar mandi, dan toilet. Penerangan masjid menggunakan listrik dari PLN dan ditopang menggunakan tiga generator berkekuatan 110 kVA dan sebuah generator besar 500 kVA.

Salah satu sudut tempat wudhu
Ada beberapa bagian masjid yang ternyata bahan-bahannya didatangkan langsung dari tempat-tempat penghasil material alam terbaik di bidangnya. Selain marmer Tulungagung (ehmm..) sebagai pelapis gedung utama. Ada karpet merah sumbangan Kerajaan Arab yg menutupi lantai gedung utama. Stainless steel dari Jerman Barat menjadi bahan dari kerangka kubah besar. Bedug raksasa Istiqlal terbuat dari kayu meranti Kalimantan Timur (konon berusia 300 tahun) dengan 2 lembar kulit sapi dari 2 ekor sapi dewasa. Bagian depan adalah kulit sapi jantan, bagian belakang adalah kulit sapi betina (sayang saya belum mendapat sumber darimana sapi ini berasal..hehe). Untuk menempelkan kulit pada bedug dibutuhkan 90 paku dari kayu Sonokeling yg pembuatannya saja memakan waktu 60 hari di Jepara.

Benar-benar karya agung (istilah kerennya "masterpiece") yang luar biasa. Namun yang perlu diingat, jika karya cipta manusia saja begini indahnya, apalagi karya Sang Maha Pencipta.. Lantas apa kata yg mampu mewakili keagungan Sang Pencipta....?

 "hasbunallah wani'mal wakil, ni'mal mawla wani'mannashir..."

Bulan puasa, Istiqlal memberikan fasilitas 3000 bungkus makanan untuk berbuka, 24 jam kesempatan i'tikaf, tadarus dg bimbingan, pesantren kilat, siraman rohani, kuliah subuh, dan masih banyak lagi. Ada satu "adat" lain di sana. Selepas sholat Isya' berjamaah, biasanya dilantunkan bacaan ayat suci Al Quran dari qori' ataupun qori'ah tingkat nasional. Malam itu saya berkesempatan mendengarkan bacaan dari qori' yg ternyata wakil Imam besar Istiqlal, beliau juga menyabet juara pada pekan MTQ (Musabaqoh Tilawatil Quran) Nasional 1988. Pernah juga menjadi imam masjid di Abu Dhabi. Meskipun suaranya tidak setangguh dulu, namun masih sanggup menggetarkan. 

Setelah dibacakan sari tilawahnya, agenda dilanjutkan dg tausyiah singkat. Barulah kemudian sholat tarawih dilaksanakan. Jeda antara Isya' dengan tarawih ini (yg biasa diisi qiro'ah dan tausyiah) ternyata memberikan ruang kepada jamaah yg belum sholat Isya', karena kemacetan di Jakarta sudah jadi semacam kebiasaan sehingga tidak sedikit yg datang telat. 20.00 atau bisa jadi 20.30 baru dimulailah tarawih empat kali dua roka'at. Dilanjutkan dg witir satu kali tiga roka'at.

Kemudian sebelum tadarus ada imam lain yg memimpin sholat tarawih 20 roka'at. Baru setelah itu agenda tadarus digelar. Untuk yg ini jamaah bebas, tidak sedikit yg membaca Al Quran sendri-sendiri. Al Quran disediakan dalam jumlah banyak di rak-rak dekat tiang penyangga kubah.

Tadarus bersama yg dipandu oleh salah seorang pemandu berakhir pukul 00.00. Namun masih banyak jamaah yg beribadah di dalam, mulai sholat sunnah, baca Al Quran secara mandiri, ataupun yg berdiam diri dalam dzikir. Tidak sedikit juga jamaah yg merebahkan badannya sembari menunggu waktu sahur. Lantunan Al Quran dari beberapa jamaah sangat menentramkan. Mendengarnya saja kita akan kebagian pahalanya apalagi di bulan ini. Sungguh suasana sejuk yg belum tentu bisa dibayar dg keheningan malam ataupun angin pantai. 

Tepat 03.30 dikumandangkan adzan. Ternyata ini bukan adzan subuh, namun adzan untuk membangunkan jamaah yg masih tertidur dan sebagai penanda bahwa imsya' sudah dekat. Pedagang makanan sudah menanti di luar masjid, lebih banyak lagi di luar pagar.

Pukul 4.35 imsya' berkumandang, berselang sepuluh menit kemudian tabuh subuh berbunyi. Sungguh indah rasanya......

Semoga kita masih bisa merasakan manisnya Ramadhan dan meneguk berkahnya. Dan kita bisa benar-benar istiqlal (merdeka) dan menang dari perang yg sungguh dahsyat ini. 

*disusun sebagai wujud syukur dan kekaguman, didorong oleh permintaan, dg bantuan beberapa data dari berbagai sumber, pengalaman pribadi, dan observasi kecil-kecilan.
**thanks juga buat Bang Arie Saksono :)

No comments:

Post a Comment