August 11, 2011

Stand Up Comedy Indonesia: Cerdas, Varian Hiburan Pengusir Kejenuhan

Stand up comedy adalah seni melawak (komedi) yang disampaikan di depan penonton secara langsung (live). Biasanya sang komedian (comic, sebutan komedian stand up comedy) akan melakukan one man show. Melemparkan lelucon melalui monolog atau statement dalam satu kalimat yang mengandung humor. Komedian di jalur ini biasanya menulis skrip lawakannya untuk tampil (dalam 5 menit bahkan 20-45 menit). Kadang-kadang mereka memakai alat bantu untuk menyampaikan lelucon mereka. Meskipun stand up comedy, pelawak tidak harus terus menerus berdiri, beberapa pelawak menyampaikan sambil duduk seperti sedang bercerita pada kita.

Dari browsing yg saya dapat, sejarah stand up comedy ternyata dimulai sejak abad 18 di Eropa dan Amerika. Di luar negeri, ada tokoh-tokoh yg handal macam Robin Williams, Jim Carey, Chris Rock, dll. Jika kita ingat, stand up comedy di Indonesia sebenarnya sudah diperkenalkan oleh almarhum Taufik Savalas dalam acara "Comedy Cafe" yang pernah tayang di Trans TV Juli-September 2004(CMIIW). Dan mulai dikembangkan oleh Iwel dalam acara Bincang Bintang kala itu. Ada juga Pepeng yang sambil membawakan acara kuis Jari-jari menyelipkan humor segar.
Disambung dengan monolog-monolog lain di awal acara DemoCrazy , meskipun tidak bisa dibilang dia melakukan Stand Up Comedy murni.

Oh iya, jangan lupakan Butet Kertaradjasa yang legendaris lewat monolog-monolog satirnya.

Tidak hanya on air, ternyata Indonesia punya Stand Up Comedian yang off air juga.  Mereka biasanya manggung di Comedy Cafe, Kemang. Ada nama Ramon Papana sebagai seniornya stand up comedy Indonesia. Ada juga Dila Dill yang konon sudah melawak sejak umur 6 tahun (wah, kasian ini anak..hehe).

Nah, tanggal 9 Agustus 2011 kemarin saya berkesempatan langsung menyaksikan live perform Stand Up Comedy di Hardrock FM Jakarta. Namun percaya atau tidak, semua terjadi tanpa disengaja, seperti kuasa Tuhan yang tak mampu terduga. Berawal dari kegemaran saya menulis yang mengantarkan saya cukup rajin membaca tulisan-tulisan di blog maupun situs pribadinya Raditya Dika (penulis buku Kambing Jantan, Cinta Brontosaurus, Babi Ngesot, Marmut Merah Jambu, presenter dan bintang iklan), Dee Lestari (penyanyi, dulunya di RSD -Rida Sita Dewi-, penulis buku Supernova, Filosofi Kopi, Perahu Kertas), Muhammad Assad (penulis Note From Qatar), Bambang Pamungkas (striker Timnas Indonesia dan Persija Jakarta, dia juga rajin menulis di situs pribadinya -bambangpamungkas20.com-), Erdian Aji Prihartanto (mantan vokalis Drive, pencipta lagu, dan rajin menulis di situs pribadi serta @fiksimini) hingga Pandji Pragiwaksono.

Nama yg terakhir mungkin terdengar aneh. Dia adalah presenter, rapper, penyiar radio, dan penulis buku "Nasional.is.me". Bagi yg masih belum paham, dia adalah yg mempopulerkan kalimat "kena deh...!" melalui reality show dg judul yg sama.

Di situs pribadinya (radityadika.com), Radit menempel rekaman stand up comedy yg dia lakukan bersama Pandji dan yg lainnya di sebuah kafe di Kemang. Dari sanalah saya mengenal acara (yg menurut saya) baru ini. Saking penasaran dan ketagihan menonton lawakan-lawakan cerdas mereka, saya download beberapa diantaranya. Kebetulan (karena suka dan ngefans sama buku dan tulisan-tulisannya) saya pun menjadi follower twitter dari Radit dan Pandji.

Selasa sore Pandji menginfokan bahwa akan ada stand up live di Sarinah Thamrin. Kebetulan mall tersebut cukup dekat dg tempat saya tinggal. Iseng-iseng berhadiah, saya bertanya via twit kepadanya tentang kepastian tempatnya. Dalam pikiran saya, "pasti ini orang juga nggak akan balas pertanyaan di mention yg saya lempar, seperti kebanyak artis lainnya".

Ternyata saya salah!

"Sarinah Thamrin lantai 8 jam 21.00. Datang ya! :D", itu jawaban darinya.

Kebetulan! Setelah tarawih, saya bersama dua orang rekan lainnya cabut ke TKP. Tak disangka, Pandji dan Airin (Produsernya) ternyata ramah banget, mereka keluar dari ruang siaran (Hardrock FM Jakarta) langsung menyalami kami yg baru datang, mempersilakan duduk dan menawarkan paket makanan dari Wendy's dan Bengawan Solo coffe (free!). Setelah ngobrol-ngobrol ringan dg beberapa penonton yg hadir, Pandji pun menjelaskan bahwa stand up pada hari itu melakukan terobosan baru dg disiarkan secara live ke Hardrock FM Jakarta dan Bandung (selain nanti jg di-upload di youtube) dan itu pertama kalinya (live di radio).

Malam itu Pandji ber-stand up bersama Ernest Prakarsa dan Ryan.
*meskipun saya berharap kalau malam itu Radit juga main, hehehe
Setiap comic mendapat jatah 2 x 10 menit. Keren bgt nggak tuh!

Ada berbagai gaya dan model dari setiap comic dalam mengangkat materi lawakannya. Kebanyakan lebih menyentuh kepada pencerdasan dan ajakan perubahan/perbaikan secara moral terhadap kondisi terkini yg ada di sekitar, mulai dari hal yg ringan (semacam pergaulan anak muda, kebiasaan-kebiasaan aneh, trend, fashion, film, dll.) hingga hal yg berat semacam kritik sosial dan politik.

Memang di negara asalnya di Amerika, stand up comedy menjadikan Presiden dan Pemerintah sebagai bahan empuk lawakan mereka, tentu dg maksud mengabarkan apa yg sedang terjadi di negara mereka kepada khalayak dg cara yg kreatif. Tapi ingat, stand up comedy ini berbeda dg program Republik Mimpi, Republik BBM, ataupun Democrazy yg dulu sempat juga meledak. Poin penting pembedanya adalah, sendiri, berdiri (kadang duduk juga), dua puluh menit, padat materi, cerdas, dan sukses memecah tawa!

Pandji mengangkat isu tentang bergesernya beberapa nilai-nilai agama akibat perilaku beberapa oknum. Dia mencontohkan penggunaan kata "Allahu akbar" sekarang menjadi hal yg menakutkan gara-gara ulah beberapa oknum lembaga yg melakukan tindakan anarki atasnama agama. Isu ini memang sensitif, namun Pandji (menurut saya) sukses menjadikan pencerdasan ini kepada penonton dg cara yg dewasa.


Pandji-Ryan-Ernest berpose gila

Lain Pandji lain pula Ryan dan Ernest. Ryan lebih menyoroti pendidikan anak yg telah dicekoki oleh game dan superhero. Sedangkan Ernest membahas hal-hal kecil dalam pergaulan anak muda. Dan menertawakan diri sendiri juga menjadi poin dalam stand up.

Pandji Pragiwaksono with Me @Hardrock FM |
Ternyata ini orang emang tinggi dan gede bgt ya....
Bagi kalian yg belum pernah baca tulisan atau buku Pandji, saya sarankan segera baca...heheheIsu nasionalisme menjadi yg sangat sentral yg dia bahas. Ditulis dg bahas ringan namun menggugah. Cerdas, berwawasan, menginspirasi, dan awsome!

Stand up comedy kurang populer di Indonesia, inipun sedang dirintis oleh beberapa kalangan yg sadar. Karena mainstream industri lawak masih kepada physical comedy. Sebagai contoh, Pak Bendot (Alm) di Srimulat terus di-bully untuk memancing tawa penonton. Aziz gagap dipaksa duduk di kursi styrofoam, Omas ditertawakan atas bentuk bibirnya dan dipaksa berdandan tak enak dipandang agar penonton tergelak. Anggapan lain, lawakan hanya bisa muncul bila dilakukan melalui percapakan, bukan monolog. Meskipun bisa dikatakan Stand Up Comedy masih kurang pupuler di Indonesia, paling tidak masih ada sekelompok pelawak yang sadar kalau lawakan tidak harus stagnan, namun justru harus ada pesan tersendri yg harus disampaikan.

No comments:

Post a Comment