February 22, 2022

Sebuah Hipotesis: Kunci Persatuan

Kunci terbaik dalam menjaga persatuan adalah memperbanyak teman.

Tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari, kita sering terlibat perdebatan atau minimal perselisihan pendapat. Dalam dosis yang tinggi, perbedaan pendapat itu bisa berujung pada pertengkaran dan pertikaian. Baik secara verbal dan ekstrimnya secara fisikal.

Banyak orang datang pada sebuah meja perdebatan dengan bekal yang salah. Pendapatku benar. Pendapatmu pasti salah. Kamu harus ikut pendapatku. Padahal, debat dan beradu argumen itu adalah saling menguji hipotesis masing-masing. Artinya ada diskusi konstruktif di sana. Pendapat kita bisa jadi (dan seringkali) tidak sempurna. Maka ketika lawan debat mengkritisi argumen kita, dari sanalah kita dapat menemukan beberapa celah yang bisa kita pakai untuk memperbaiki dan menyempurnakan hipotesis kita.
Ingat, lawan debat bukanlah musuh debat. Musuh itu saling mengalahkan dan bila perlu saling menghilangkan. Sementara lawan adalah rekan bertanding atau teman yang diposisikan berseberangan dengan kita.

Nah, apa yang terjadi di dunia nyata? Kebanyakan dari kita susah membedakan lawan dan musuh. Dan yang lebih celaka lagi, tak sedikit orang terlibat dalam sebuah perdebatan dengan tujuan bukan untuk mencari rumusan terbaik.

Di sisi lain, sering kita melihat atau bahkan mengalami sendiri, kita berbeda pendapat atau berselisih paham dengan orang yang kita kenal sangat baik. Teman kerja, sahabat, saudara, bahkan orang tua dan pasangan hidup. Anehnya untuk urusan perdebatan "melawan" mereka-mereka ini kita tidak sampai menciptakan musuh baru. Kita masih bisa berjalan bersisian meskipun memegang pandangan yang berbeda. 

Tidak jarang dalam sebuah hubungan, baik pertemanan maupun kekeluargaan, sebuah perdebatan dan perbedaan itu justru saling menguatkan hubungan satu sama lain. Alasan utamanya jelas karena masing-masing mau saling menerima dan saling memahami perbedaan tersebut.

Maka, di sinilah kita bisa sepakati bahwa hubungan pertemanan yang baik adalah permulaan yang baik untuk dapat saling menerima perbedaan. Apa pun jenis perbedaan itu. Dahulukan memahami sebelum membenci. Kedepankan kenali sebelum mencaci.

Yuk!

No comments:

Post a Comment