June 26, 2020

Dongeng Negeri Seberang

Nak, sini Ayah ceritain sebuah kisah....

28 April 1990. Waktu itu Ayah baru lancar belajar lari. Belum lancar ngomong dan Nini-Kakung mu masih belum bisa beli tv. Boro-boro tv yang bisa nyiarin channel stasiun tv swasta, beli tv buat nonton acara Dunia Dalam Berita-nya TVRI aja Kakungmu belum mampu. Oke, itu soal lain. Kembali ke tanggal pas tujuh hari setelah Hari Kartini 1990 itu, waktu itu Liverpool yang dilatih Kenny Dalglish menang tipis 2-1 atas QPR. Btw, QPR itu tim yang penah pakai sponsor Air Asia dan datengin Park Ji Sung itu, Nak. Nah, kebetulan di pertandingan lain secara bersamaan Aston Villa cuma bisa imbang 3-3 lawan Norwich. Hari itu langsung dicatat oleh sejarah menjadi hari di mana Liverpool FC (LFC) mengunci gelar Juara Liga Inggris.

Setelah itu. LFC seperti kena kutukan. Terlempar dari tangga Juara. Bertahun-tahun. Bukan nggak bisa raih piala lagi, Nak. Bukan. LFC masih bisa bawa pulang Piala FA, Piala Carling atau EFL, bahkan Piala Liga Eropa (UEFA). Masih disegani di Eropa. LFC cuma melempem aja di kompetisi domestik. Seret gelar di Liga Inggris. Nggak kuat bersaing ketat di papan klasemen. Praktis cuma di gelaran musim 2018/2019, 2013/2014, 2008/2009, dan 2001/2002 aja LFC bisa menempel sang pemuncak.

Ayah pertama kali nonton bola di tv itu pertandingan besar antara Persebaya melawan Mitra Surabaya. Waktu itu Ayah nemenin Kakungmu yang dukung Persebaya karena beliau fans Rusdy Bahalwan, eks pemain yang saat itu melatih. Dari situ Ayah seneng bukan main sama kegiatan nonton bola di tv bahkan stadion, meski cuma mendukung tim gurem Perseta Tulungagung. Beberapa waktu setelah itu, tetangga kita yang punya tv berwarna dan punya antena UHF (sebuah kemewahan di jamannya, setelah antena parabola) mengundang Kakungmu untuk nonton Lega Calcio di RCTI. Ayah ikut. Pertandingan malam itu adalah Juventus yang pakai kaos biru melawan tuan rumah entah Lazio apa Napoli gitu, Ayah lupa. Waktu itu tv swasta di Indonesia belum ada yang nyiarin Liga Inggris, tapi RCTI masih konsisten nyiarin liga-liga eropa. Nah, pas pertandingan final UEFA 2001, itu Ayah pertama kali takjub sama LFC yang menang dramatis 5-4 lawan Deportivo Alaves. Liat main ngototnya LFC waktu itu bikin Ayah penasaran, "kenapa Juventus nggak bisa kayak gitu mainnya ya?". Kakungmu bilang, "ciri khas mainnya orang Inggris memang begitu. kick and rush".

Dari situ Ayah punya tim jagoan baru. Jadi karena RCTI cuma nyiarin Lega Calcio, UEFA Champions League, dan UEFA Cup, Ayah ngikutin Juventus di Italia, lalu di UCL/UEFA Cup Ayah jagoin LFC.

Malam Final UCL 2005 yang disebut-sebut sebagai Final terbaik sepanjang masa, menjadi malam wajib yang pasti selalu dikenang sama pendukung LFC. Tak terkecuali Ayah. Ayah inget marah, kesel, sebel, pengen ngamuk ketika belum selesai babak pertama, LFC dibantai 3-0 oleh AC Milan. Milan waktu itu memang diisi pemain-pemain top dunia di masanya. Dida, Maldini, Nesta, Stam, Cafu, Pirlo, Gattuso, Seedorf, Kaka, Crespo, Shevchenko. Sebelas-sebelasnya sedang bagus-bagusnya. Mereka didukung pemain cadangan sekelas Serginho, John Dahl Tomasson, Kaka Khaladze, Rui Costa. Kurang ngeri apa coba. Bursa taruhan pun semua mengunggulkan Milan. Ayah lesu. Pengen rasanya matiin tv saat itu juga. Ayah sudah ogah-ogahan nonton. Kebayang besok pagi pasti di-bully habis-habisan di sekolah. Ya walaupun tanpa itu juga masih di-bully sih karena dukung tim yang nggak pernah menang. Tapi takdir berkata lain, LFC menang dramatis membalikkan keadaan. Hampir sama dengan final UEFA 2001 itu. Malam itu Ayah makin suka sama LFC. Suka sama semangat pantang menyerahnya. Suka sama mental Juara dan semangat juangnya.

2006 hingga 2013 praktis hari-hari Ayah di sekolah dan tongkrongan hanya jadi bahan pelengkap dan sasaran verbal bullying. LFC benar-benar tak bisa dibanggakan. Hanya Steven Gerrard satu-satunya hal yang paling bisa Ayah dan pendukung LFC banggakan. Sejak 2005 hingga awal 2010an hampir semua tim besar menginginkan barisan pemain tengahnya diisi sama legenda satu ini. 

Harapan membuncah di 2013/2014. Brendan Rodgers, Manager bertangan dingin pelan-pelan mengubah wajah LFC. Kemenangan demi kemenangan penting diraih termasuk mengandaskan rival terdekat: Manchester City (tim gurem yang bertransformasi jadi raksasa). Petaka datang kala legenda hidup sekaligus nyawa tim, Steven Gerrard, terpeleset melakukan kesalahan. LFC kalah. Gelar melayang. LFC, Gerrard, dan Ayah makin harus sabar menahan bully yang bertambah lagi temanya.

Mengandalkan sejarah.
Tim masa lalu.
Menang di laga besar, lawak di laga lawan tim kecil.
Terpeleset gagal juara.
Spesialis liga eropa.
Nggak pernah menang Liga Inggris.
Nggak pernah menang Liga Inggris.
Nggak pernah menang Liga Inggris.
Nggak pernah menang Liga Inggris.
Nggak pernah menang Liga Inggris.
Nggak pernah menang Liga Inggris.
Nggak pernah menang Liga Inggris.

Begitu seterusnya ejekan-ejekan mengalir. Padahal, Nak, kamu bisa pastikan ke teman-teman Ayah, Ayahmu ini nggak pernah meladeni bacotan-bacotan begitu dengan emosi apalagi pakai hati. Ayah selalu berusaha jadi supporter dan fans yang berpikir jernih. Kalau lawannya lebih bagus ya dipuji. Kalau tim kita jelek ya kita kritik. Ayah nggak pernah masuk ke ranah personal orang-orang yang nggak suka sama LFC. Nggak ngaruh juga sama hidup kita.

Tapi akhirnya, Nak, hari ini....26 Juni 2020. Tanggal penting beberapa hari sebelum kamu lahir, seorang manusia bernama Jurgen Klopp berhasil mengantarkan LFC meraih gelar Juara Liga Inggris. Gelar Juara Liga yang menyudahi puasa gelar selama 11.017 hari. SEBELAS RIBU TUJUH BELAS HARI!

Ayah dulu pernah diejek, "kamu nggak pengen ganti tim idola? itu sampai anakmu punya anak juga belum tentu LFC angkat tropi liga inggris".

Maka nanti kamu boleh berbangga, Nak. Saat kamu lahir nanti, insya Allah, kamu bisa lihat Henderson angkat tropi Liga Inggris. Tropi yang diraih melalui perjalanan panjang dan perjuangan tak kenal lelah dari semua komponen klub. Mereka bilang ke media di wawancara tadi pagi bahwa gelar ini mereka tujukan kepada suppoerter mereka di seluruh dunia yang telah lama mendukung, bersabar, dan berjuang bersama hingga benar-benar meraih gelar ini meski liga menyisakan tujuh pertandingan lagi.

Jadi, nanti kamu mau suka sama bola apa nggak. Kamu mau jadi fans LFC apa bukan. Ayah harap kamu mewarisi semangat kami para pendukung LFC: sabar, setia, dan pantang menyerah.

Akhirnya Nak, mari kita sama-sama merayakan dan mengucapkan selamat menikmati berbuka puasa gelar Liga Inggris untuk kopites di seluruh penjuru dunia!
You'll Never Walk Alone
You're Nothing Without Allah
#YNWA

No comments:

Post a Comment