April 18, 2020

(Tak Mungkin) Krisis Kepemimpinan di Liverpool

Sejak kepergian Steven Gerrard di penghujung musim 2014/2015, publik (dan terutama media) menganggap bahwa Liverpool FC (LFC) pasti akan mengalami periode (yang diprediksi cukup panjang) paceklik pemimpin. Di satu sisi, ini cukup menggambarkan betapa besar pengaruh seorang Gerrard bagi LFC (setidaknya di mata publik). Bahkan Jurgen Klopp pada sebuah kesempatan mengamini anggapan tersebut dengan kalimat,"Pekerjaan tersulit dalam 500 tahun sepak bola adalah menggantikan Steven Gerrard".

Namun rasanya tak berlebihan juga jika banyak yang menganggap bahwa, meski Gerrard adalah Kapten Abadi, sepertinya LFC tidak pernah kehabisan stok pemimpin. Tanpa menengok terlalu jauh ke belakang, mari kita coba telaah dari musim berjalan 2019/2020 ini saja. Kedalaman skuad LFC saat ini rasanya sangat jauh jika dibilang "krisis pemimpin".

Mari kita bedah satu per satu nama-nama pada daftar pemain Liverpool yang bisa menjawab pertanyaan di atas.

1. Mohammed Salah
source: viva.co.id
Memimpin bukanlah hal baru bagi Wakil Kapten Timnas Mesir ini. Ketajamannya di lini depan selalu menjadi penyemangat tersendiri bagi rekan-rekannya di LFC. Mencatatkan namanya sebagai Top Scorer di dua musim EPL berturut-turut menjadi bukti betapa penampilannya sungguh mendongkrak performa LFC dalam urusan menggedor jala gawang lawan.
Di luar lapangan, kehadiran Salah di LFC membuatnya menjadi fenomena tersendiri. Yang bukan penggemar LFC pun tertarik dengan kepribadiannya yang ramah, rendah hati, dan sangat menampilkan citra muslim sejati.
Bahkan sempat viral di pemilu Mesir, nama Salah justru mencuat lebih populer daripada calon-calon presiden Mesir. Maka rasanya tak berlebihan jika pengaruh Salah cukup bagus di tim.

2. Sadio Mane
source: indonesia.liverpoolfc.com
Di beberapa pertandingan penting Timnas Senegal, tampak Mane mengenakan ban kapten yang biasa dipakai oleh Cheikhou Kouyate. Memang menjadi pemimpin bukanlah hal baru bagi Mane. Kemampuannya di lapangan selalu menjadi inspirasi bagi rekan setimnya terutama saat Senegal maupun LFC mulai membangun serangan. Kecepatan menjadi pemantik awal bagi setiap serangan khususnya dalam skema counter attack.
Di luar lapangan, pribadi Mane sungguh menawan. Lahir dan dibesarkan dari keluarga kurang mampu di Senegal, membuatnya tidak pernah lupa menyisihkan pendapatannya untuk membantu kampung halamannya dalam hal pendidikan, kesehatan, dan bantuan amal lainnya. Dalam hubungan interpersonal, keramahannya menjadi daya tarik tersendiri. Mane tak segan menjadi pembimbing dan penolong rekannya seperti Naby Keita yang tampak kesulitan dalam beradaptasi di awal kedatangannya di Anfield. Bersama Salah, kini ia telah menjadi icon penyerang berbahaya milik LFC sekaligus pembawa citra baik bagi muslim di tanah eropa.

3. Alisson Becker
source: getty images
Pada sebuah gelaran uji coba menuju World Cup 2018, Alisson dipercaya mengemban tugas selaku Kapten Timnas Brasil. Memang pada saat itu pelatih Brasil sedang menjalankan program rotasi kapten untuk menumbuhkan banyak pemimpin di dalam tim. Namun demikian penunjukan Alisson rasanya tidak hanya didasari oleh kebijakan tersebut.
Jurgen Klopp dalam sebuah wawancara membocorkan salah satu rahasia performa apik LFC adalah karena kondusifnya ruang ganti dengan adanya Alisson dan Virgil yang cukup vokal bersuara dalam team talk.
Banyak pengamat mengatakan bahwa posisi penjaga gawang merupakan salah satu posisi yang selalu bisa melahirkan bakat kepemimpinan dengan sendirinya. Daerah kerjanya di kotak penalty yang merupakan jantung pertahanan terakhir membuat seorang kiper harus lihai membaca permainan, mahir dalam mengatur posisi dan pergerakan pemain bertahan, serta cekatan dalam mengambil setiap keputusan. Kemampuan dan insting Alisson seperti itulah yang membuat LFC kini tampak lebih tenang saat diserbu serangan lawan.

4. James Milner
source: hitc.com
Bisa jadi, pemain ini adalah pembelian terbaik yang pernah dilakukan oleh sebuah Tim Besar di jajaran top elit liga eropa. Milly, di usianya yang tidak lagi muda, mampu menjadi contoh bagi rekan-rekannya di dalam maupun luar lapangan.
Di sebuah sesi latihan fisik LFC, saat sebelum memulai VO2Max test, Klopp berseloroh di kamera dengan bertaruh, "aku yakin pemenangnya adalah tuan berinisial JM". Dan benar! Setelah hampir semua pemain yang ikut di sesi itu berguguran untuk adu stamina lari, Adam Lallana akhirnya menepi dan meninggalkan Milly berlari sendirian dengan stamina yang masih sangat prima. "Dia adalah atlet sejati. Etos kerja dan dedikasinya terhadap olah raga sungguh menjadi panutan bagi semua pemain, khususnya para juinornya di sini", kata Klopp di lain kesempatan.
Menjabat sebagai Vice Captain di LFC tak menurunkan pengaruhnya di dalam dan di luar lapangan. Ia menjadi salah satu yang paling dihormati dan disegani di tim. Bahkan, pemegang caps terbanyak Timnas Inggris U-21 ini sangat humoris di social media. Membuatnya sangat dekat dan semakin dicintai pemain-pemain muda di sekitarnya.

5. Joseph Gomez
source: this is anfield
Bakat kepemimpinan Joe Gomez membuat Aidy Boothroyd tanpa ragu menunjuknya sebagai Kapten Timnas Inggris U-21 di Kejuaraan Eropa 2019. Penunjukkan ini menambah daftar panjang pemain-pemain muda LFC yang dipercaya sebagai pemimpin di Timnas di segala kelompok umur hingga Senior. Sehingga sering muncul pandangan bahwa para pemain muda LFC telah terbiasa belajar langsung cara memimpin dari para seniornya.
Penampilan Joe Gomez sendiri semakin hari semakin matang. Diboyong untuk mengisi post full back kanan, Gomez berevolusi menjadi bek tengah yang tangguh melengkapi Virgil seiring dengan cederanya Joel Matip. Ketenangannya dan kekuatan fisiknya yang bagus memberikan nilai positif tersendiri baginya.

6. Dejan Lovern
source: football london
Pemain satu ini terbilang cukup sering mengenakan ban kapten LFC. Tak mengherankan jika mantan Kapten Southampton dan Wakil Kapten Timnas Kroasia ini bisa mendapatkan kepercayaan sebesar itu. 
Meski belakangan jarang diturunkan di starting line up dan sering dikritik karena rajin blunder, tak bisa dipungkiri bahwa dalam kondisi permainan terbaiknya, Lovren benar-benar sulit dilewati. Ketangguhannya berduel di udara menambah keunggulan skill olah bolanya, maka tak heran banyak gol-gol penting justru lahir dari kepalanya memanfaatkan akurasi set piece pemain-pemain LFC.
Di luar lapangan, Lovren cukup disegani dan disukai rekan kerjanya. Lovren bahkan menjadi rekan paling akrab dari MoSalah. Rasanya kalaupun Lovren tidak lagi berkarir di LFC, dia pun pasti mudah mendapatkan kepercayaan sebagai pemimpin di tim. 

7. Georginio Wijnaldum
source: line
Pemain satu ini mengakhiri karir indahnya di Eredivisi dengan menjadi juara bersama PSV Eindhoven dalam posisi sebagai Kapten tim. Permainan impresifnya membuat Newcastle memboyongnya tanpa ragu. Semusim berselang, Klopp mengangkutnya dengan penuh keyakinan bahwa Gini dapat menjadi aset penting LFC di lini tengah. 
Pengaruh Gini di lapangan tengah memang sangat krusial. Kemampuan olah bola dan penempatan posisi menjadikannya salah satu senjata ketika lini depan The Reds belum menghasilkan gol. Gini pun cukup dapat diandalkan untuk dapat memberikan gol-gol krusial di saat-saat genting. Brace-nya ke gawang Ter-Stegen di laga iconic saat LFC membalikkan keadaan atas Barcelona di semifinal UCL 2019 lalu menjadi salah satu bukti bahwa sekalipun mengawali laga dari bangku cadangan, kontribusi Gini sangat besar bagi permainan LFC dan mengangkat moral rekan-rekannya.
Kepemimpinan Gini pun diakui di level Timnas. Saat ini Gini menjadi Wakil Kapten Tim Oranje yang saling melengkapi Sang Kapten Utama, Virgil. Kedekatan Gini dengan rekan-rekan setimnya juga menjadi salah satu faktor pendukung yang membuatnya mudah mendapatkan respect. 

8. Naby Keita
source: wikipedia
Jurgen Klopp dinilai sangat keras kepala dalam usahanya mendatangkan Keita ke Anfield. Benar saja, kemampuan Kapten Timnas Guinea ini memang sangat melengkapi kebutuhan LFC di lini tengah.
Sayangnya catatan riwayat cedera Keita cukup mengganggu konsistensi penampilannya. Namun demikian ketika Keita hadir di lapangan tengah, di posisi favoritnya, tampak sekali pengaruhnya pada pola permainan. Kehandalannya membaca situasi pertandingan membuatnya perannya cukup sentral.
Kendala bahasa menjadi salah satu pengganjal baginya untuk beradaptasi dengan LFC. Beruntung Sadio Mane mengulurkan tangan untuk membantunya segera cepat menyesuaikan diri. Pribadinya yang rendah hati membuatnya mudah untuk dicintai. Pengalamannya memimpin di Timnas Guinea dan RB Leipzig rasanya cukup memberi bukti bahwa pemain satu ini lebih dari sekedar "pantas" untuk diperhitungkan sebagai potential leader dalam tim. 

9. Adam Lallana
source: the kop times
Gelandang serba bisa ini didatangkan dari Southampton dalam status sebagai Kapten tim tersebut. Pengaruh Lallana di lini tengah cukup signifikan. Barangkali saat ini hanya tinggal Lallana satu-satunya pemain LFC yang bertipikal playmaker murni.
Badai cedera yang sering membekapnya menjadi batu sandungan terbesar Lallana untuk dapat bersaing meraih posisi utama di tim. Namun demikian Klopp tak pernah hilang kepercayaan kepadanya. Seusai menjadi Kapten LFC saat menyudahi perlawanan Everton di Piala FA, Klopp memberikan apresiasi dengan mengangkat topinya kepada Lallana sebelum memeluknya. Sebuah penghargaan besar atas penampilan dan kepemimpinan Lallana di partai itu.
Kedekatan Lallana dengan Henderson juga menjadi salah satu faktor penting mengapa kepemimpinan di dalam tim LFC seperti mudah menular ke seluruh tim dan itu sangat bagus untuk keharmonisan sebuah tim besar.
Lallana adalah pemain dengan stamina yang sangat prima dan control bola yang menawan. Possitioning dan pergerakannya menjadi pelengkap kemampuannya dalam mengirim umpan-umpan penting. Andaikan enam kali cedera parah tidak menderanya selama berkarir di LFC, bukan tidak mungkin dia menjadi langganan starting line up LFC maupun Timnas Inggris. 

10. Andrew Robertson
source: bbc
Harga kaki lima. Kualitas bintang lima. Slogan itu selalu disematkan pada full back kiri andalan The Reds yang satu ini. Diboyong dari Hull City dengan harga hanya 8 juta pounds, Robbo kini disebut-sebut memiliki valuasi hingga 70 juta pounds. Jika melihat performanya sejauh ini rasanya Klopp mustahil melepasnya pada harga berapapun.
Disadari atau tidak, LFC juga berperan dalam pembentukan permainan dan skill Robbo. Skema gegenpressing Klopp yang menuntut pemain di lebar lapangan rajin ikut menusuk dan mengirim umpan ini menjadikan Robbo salah satu mesin assist terbaik LFC saat ini (di bawah Trent Alexander-Arnold). Etos kerja, stamina, kelihaian membaca permainan, kemampuan menyerang dan bertahan yang sama baiknya ini melengkapi naluri kepemimpinan yang ada dalam dirinya.
Tak heran ban Kapten Timnas Skotlandia kini melingkar manis di lengan kiri pemain berusia 25 tahun ini. Sebuah prestasi yang membanggakan bagi anak muda yang bahkan 5 tahun sebelumnya ini sempat putus asa akan pekerjaannya sebagai seorang penjaga toko.
Robbo menjadi salah satu contoh betapa kerja keras dan attitude membuat setiap orang dapat meraih impian dan membalikkan roda kehidupannya.  

11. Virgil Van Dijk
source: indonesia.liverpoolfc.com
The Biggest Skipper in the World atau The Big Man Alive adalah julukan yang selalu tersemat padanya. Dengan postur setinggi 193 cm, Big Virg tak hanya menjadi The Biggest Defender namun juga The Best Defender in the World setidaknya dalam tiga tahun ke belakang hingga satu dekade ke depan.
Memimpin sebuah tim bukanlah hal baru baginya. Jabatan Kapten Southampton dan Kapten Timnas Belanda rasanya sangat mudah untuk menjadi hak miliknya. Kemampuannya di atas lapangan diakui lawan dan kawannya.
UEFA Men's Player of the Year, PFA Player of the Year, Champions League Deffender of the Season, Runner Up Ballon d'Or menjadi beberapa bukti betapa hebatnya kemampuan Big Virg di lapangan. Kedekatannya dengan rekan setim, kedisiplinannya di setiap sesi latihan, dan vokalnya ia di ruang ganti membuatnya sangat mudah untuk disegani dan dihormati setiap pemain yang berada satu tim bersamanya.
Di musim ini, Big Virg "hanya" menjadi 3rd Captain bagi LFC, namun jabatan itu tak menghalangi naluri alaminya dalam mengkomandoi rekan-rekannya di dalam dan di luar lapangan. Kehadiran Big Virg di lini belakang The Reds ibarat sebuah obat penenang bagi lini tengah dan depan untuk fokus pada pekerjaan utama mereka dan tak lagi panik jika lawan menyerang. Kengototan Klopp mendatangkan Raksasa lini belakang ini seolah menjadi kepingan puzzle terbaik yang selama ini dicari LFC untuk menambal buruknya performa lini belakang.
Pengaruh Virgil di tim begitu besar bagi kemampuan masing-masing pemain belakang di LFC. Joe Gomez secara terang-terangan menyanjungnya sebagai salah satu mentor terbaiknya di LFC. Publik pun meyakini bhwa performa Lovren dan Matip perlahan membaik karena pengaruh dari Virgil. Bahkan Klopp berani membeli bek belia asal Belanda, Sepp van den Berg, agar dapat belajar secara langsung kepada Virgil dan kelak bisa menjadi aset LFC untuk lini belakang.

12. Jordan Henderson
source: cnn
Jangankan media, komentator, hingga para pandit sepak bola. Kopites bahkan liverpudlian saja dibuat terbelalak menggeleng tidak percaya atas keputusan managemen LFC menjadikan Hendo sebagai Kapten tim.
Akan tetapi, pemain yang dipilih sendiri oleh Steven Gerrard untuk menggantikannya sebagai Kapten LFC ini perlahan menampar keraguan masyarakat dunia dengan penampilan-penampilan memukaunya. Jurgen Klopp berkali-kali jadi orang terdepan yang membela Hendo saat banyak yang menyangsikan seberapa besar perannya. 
Klopp berujar,"Henderson, dari sudut pandang saya adalah pemain yang brilian, ia kapten kami, ia karakter yang sangat fantastis. Jika saya menulis buku soal Henderson, mungkin bakal berisi 500 halaman."
Hendo adalah pekerja keras, sangat disiplin, ia selalu menjadi pemain pertama yang datang di setiap hari latihan. Bahkan dalam biografinya, Gerrard mengatakan bahwa Hendo layak dan bisa menjadi contoh bagi setiap pemain dalam tim.
Di sebuah press con setelah pertandingan, Klopp bahkan mengatakan,"Apabila ada pendukung kami yang masih tidak bisa melihat kualitas Jordan Henderson, saya tidak dapat membantu mereka". Dan pada saat Hendo didera cedera yang membuatnya absen di beberapa pertandingan, terasa benar ada lubang yang menganga di lini tengah LFC. 
Hendo bukanlah pemain stylish macam pemain Latin. Bukan juga pewaris cannon ball dan set piece taker utama macam Gerrard. Ia bahkan buka algojo penalty dan bukan pelari kencang di tim. Dia hanyalah pemain dengan disiplin tinggi, mengikuti pattern permainan, mengirim umpan sederhana namun tepat sasaran, kuat dalam covering dan tackling. Kesederhanaannya dalam bermain itulah yang membuatnya sangat penting untuk mengimbangi semua cara bermain rekan setimnya.
Kini tak ada lagi yang menyangkal bahwa Hendo lah Kapten yang tepat untuk LFC bahkan Timnas Inggris (yang saat ini masih memilih Hary Kane di depan Hendo). Namanya kini disejajarkan dengan Gerrard dalam urusan mengangkat Tropi UCL dan Piala Super Eropa. Akan tetapi Hendo boleh berbangga hati, kini hanya dialah Kapten LFC yang mampu mengangkat tropi Piala Dunia Antarklub. Dan bukan tidak mungkin, nama Gerrard akan dilangkahinya dalam urusan mengangkat tropi Liga Inggris.
All hail Hendo! 


*Tambahan: Kapten Masa Depan LFC

13. Pedro Chirivella
source: tribunews
Pilar utama lini tengah LFC U-23 ini selalu tampil memukau untuk memimpin lapangan tengah LFC. Memulai karir juniornya dari akademi Valencia, Chirivella cukup mudah meraih tempat utama di LFC U-23.
Pada beberapa kali kesempatan saat Klopp memutuskan menurunkan tim lapis kedua pada beberapa kejuaraan, nama Chirivella adalah salah satu yang pasti dibawa dalam list.
Salah satu penampilan terbaiknya mungkin saat LFC membenamkan Everton yang mana Chirivella menjadi partner tangguh Lallana di lini tengah. Beberapa kali ban kapten LFC U-23 melingkar di lengan kirinya. Sebuha bukti bahwa kepemimpinan anak muda satu ini cukup diakui di tim.

14. Harry Wilson
source: this is Anfield
Produk asli binaan Kirkby ini menjadi pemain termuda (16 tahun 207 hari) yang turun di pertandingan resmi membela Timnas Wales (mengalahkan Gareth Bale). Ketajaman Wilson semakin tampak ketika dipinjamkan ke Bournemouth. Kecepatan dan akurasi tendangan menjadi dua senjata utama Wilson. Bahkan ia menjadi salah satu set piece taker andalan saat ini.
Jika terus mempertahankan atau bahkan meningkatkan performanya seperti ini, bukan tidak mungkin LFC memanggilnya kembali dan di masa mendatang bisa menjadi salah satu penantang serius kandidat Kapten The Reds.

15. Curtis Jones
source: indonesia.liverpoolfc.com
Belakangan pemain ini sering mengenakan ban kapten untuk LFC U-23. Bahkan Curtis memecahkan rekor sebagai Kapten termuda The Reds saat Klopp memutuskan untuk menurunkan skuad mudanya di babak keempat Piala FA. Saat itu Curtis berusia 19 tahun dan membuatnya melampaui rekor yang telah bertahan selama 120 tahun bagi klub. Benar-benar sebuah kebanggaan tersendiri bagi anak muda asli jebolan akademi LFC.
Rasanya status scouser saja tidak cukup untuk membuatnya dipilih sebagai Kapten, tetapi catatan statistiknya pun menawan. Saat membela LFC di kelompok umur U-18, U-21, hingga U-23 Curtis menjadi yang terdepan dalam urusan menjebol gawang lawan. Chemistry-nya bersama Harvey Elliot membuat masa depan LFC sepertinya akan baik-baik saja jika nanti trisula FirManSah mulai menua dan menurun.


16. Trent Alexander-Arnold
source: wikipedia
Diantara seluruh anak muda di kota Liverpool saat ini, rasanya tidak ada yang lebih pantas berbahagia dibandingkan Trent. He's living in his dream right now. Trent jadi satu-satunya pemain akademi dan U-23 LFC yang bermain reguler di tim senior saat ini.
Memang Harvey Elliot, Curtis Jones, Pedro Chirivella, Yasser Laroucci juga beberapa kali dipanggil untuk masuk skuad senior. Namun hanya Trent yang bermain reguler sebagai starter.
Kapten LFC U-18 ini bahkan memuncaki daftar Top Assist EPL pada musim ini dan hanya mampu dikejar oleh Robbo yang beroperasi di seberang kiri berlawanan dengannya. Akurasi umpan, presisi tendangan, ditambah kemampuannya yang cepat membaca permainan dan mengambil keputusan menjadi aset berharga yang membuatnya sekarang sangat susah digeser dari post full back kanan starting line up LFC.
Di usianya yang masih 21 tahun, Trent sukses mengangkat 3 tropi bergengsi level klub senior (UCL, Super Eropa, FIFA Club World Cup) dalam posisi pemain utama. Hal ini membuat Manager Timnas Inggris, Gareth Southgate, tanpa ragu langsung menariknya ke Timnas Senior.
Pengalaman Trent bermain di level senior dan menghadapi laga-laga krusial bersama The Reds dipercaya menjadi faktor pendukung yang membuatnya bisa menjadi Kapten LFC di masa mendatang. Bahkan jika membandingkannya dengan Sang Legenda, Kapten Abadi Steven Gerrard, torehan Trent ini bisa dibilang jauh lebih baik. Pada akhirnya kelak waktu yang akan dapat membuktikan seberapa terjaganya performanya, dan yang terpenting: seberapa loyal dia membela satu-satunya klub seperti Gerrard. Jika itu terjawab, maka Gerrard akhirnya akan menemui salah satu kandidat terbaik Kapten LFC yang bisa disejajarkan dengannya dalam segala aspek.

No comments:

Post a Comment