October 20, 2014

Baik Hati Saja

Tersebutlah Rini, penjaja gorengan dan minuman kemasan keliling di terminal Purabaya. Kalau jeratan ekonomi tak membelit keluarganya, mungkin dia sudah hampir lulus SMA atau memasuki tingkat pertama kuliah sekarang. Suatu masa datanglah seorang pemuda dengan tas ransel di punggungnya datang menghampiri untuk membeli sebotol mineral. Hari memang sudah mendekati asar, akan tetapi omzet Rini di hari itu terbilang minimalis sehingga berdampak kepada kurangnya uang kembalian. Singkatnya Sang Pemuda rela menukarnya dengan beberapa gorengan saja lalu sisanya ia sengaja tinggal dan Rini menyarankan kalau nanti mereka akan bertemu lagi, si Pemuda itu tak perlu memakai uangnya untuk membayar mineral lagi.

Tampak terjadi percakapan singkat diantara keduanya. Si Pemuda ini tak henti-hentinya mengamati sekeliling area terminal yang sarat debu dan emisi gas buang solar dan bensin dari berbagai kendaraan besar dan kecil. Sejurus kemudian si Pemuda ini mengulurkan dua buah masker penutup hidung dan mulut kepada Rini. Ia berpikir berapapun usia Rini saat ini, kelak paru-paru dan jantung Rini akan segera menanggung hukuman akibat setiap hari harus bergelut dengan udara tak bersahabat ini.

Dari kejauhan tampak beberapa orang tua dan pemuda lain yang mengenal Rini menyaksikan adegan demi adegan ini. Masalahnya secara kebetulan Rini memiliki wajah dan penampilan yang rupawan. Siapapun di terminal dengan mudah menolehkan pandangan saat ia berjalan menjajakan dagangan. Tak heran orang-orang yang mengenal Rini dan menyaksikan adegan tersebut langsung berpikir bahwa "ini pasti ada apa-apanya". Mereka menyimpulkan bahwa si Pemuda telah menaruh hati kepada Rini. Rini pun tampak sangat tersanjung dengan perlakuan Pemuda tersebut.

Dua minggu berlalu, Pemuda itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Rini mulai harap-harap cemas. Orang-orang di sekeliling Rini jauh lebih cemas. Seketika saat mereka melihat Pemuda itu muncul dari pintu bis, mereka segera menghampiri dan meminta pertanggungjawaban atas sikap Pemuda ini. Mereka menuntut agar Pemuda ini menyatakan keseriusannya kepada Rini. Terlebih Rini telah lama ditinggal Bapaknya. Mereka menuntut agar si Pemuda ini tidak mentang-mentang (tampak) lebih kaya bisa dengan seenaknya saja mempermainkan hati Rini yang diam-diam juga berharap.

Di sanalah terjadinya salah satu keunikan massal. Mereka seakan lupa bahwa tidak semua manusia itu seperti yang ada di televisi kebanyakan yang selalu ada "karena" di balik niat baik manusia. Sebuah bukti bahwa berbuat baik (saja) di masa sekarang ini sangat sulit diterima oleh akal sehat. Seakan lupa bahwa akar budaya Bangsa kita adalah ramah, gotong royong, dan suka membantu tanpa pamrih.

Mereka tidak tahu bahwa Pemuda itu memang baik hati. Ya, baik hati saja....

No comments:

Post a Comment