February 04, 2011

All About Music : Selalu Mengingat Kalian (Refleksi 7 Tahun yang Penuh Cerita)

27 Januari 2004
kita mengenal beberapa jenis dan bentuk kalender,
--sekali lagi bentuk kalender, bukan sistem penanggalan yg saya maksud--
minimal ada tiga jenis bentuk yg sekarang jamak digunakan, yakni:
  • Kalender bentuk Bulanan
berisi tanggal/hari dalam satu bulan penuh pada tiap lembarnya, jadi setiap awal bulan kita harus membaliknya dan mengganti dg lembaran bulan yg baru..
  • Kalender Bulanan dg Multi-bulan di dalamnya
berisi dua atau lebih bulan dalam tiap lembarnya, jadi kita bisa membalik lembarannya ketika dua atau lebih bulan itu sudah berlalu dan berganti..

  • Kalender Harian
berisi tanggal dalam satu hari, umumnya berbentuk bujur sangkar dg tulisan angka besar di lembarannya dan ada keterangan hari, pasaran, bulan, dan tahun di lembaran itu....dan seringkali harus disobek per hari utk mekanisme pergantiannya..

yg terakhir inilah jenis yg menarik........knp......?

entah kalender milik @Ayiel Arifi masih tersimpan manis atau tidak,
yg jelas, masih teringat bahwa kalender model lama tersebut dia sobek dan dia bawa tepat di tanggal 27 Januari 2004,
itu berkaitan dg hari pertama kalinya kami, LaMapa, masuk ke studio musik hanya untuk bermain-main dan mencoba beberapa komposisi lagu yg kami sepakati untuk dibawa saat pesta inaugurasi (atau yg sering disebut dg Perpisahan) SMP N 1 Tulungagung..

lucu memang,
kami kenal memang sudah lama, bahkan "medeklarasikan" ingin membentuk grup ini sudah sejak lebih dari 2-3 bulan sebelumnya,
namun faktanya baru memulai "memegang" studio di bulan Januari itu...
2-3 bulan sebelumnya??
ya...kami "hanya" mengisinya dg dolan2, jalan2, nongkrong2, atau sekedar bertukar cerita...
2-3 bulan itu cukup mengena, kami lebih kenal dan paham satu sama lain (meskipun awalnya sudah kenal, namun hanya sebatas kenal),..
oh, mungkin ini yg mereka sebut sbg "penguatan internal"...

krn praktis kami tidak membahas...
"band ini mau ngapain",
lalu "nanti kita bikin lagu kayak gmn",
ataupun "nanti bawain lagu apa aja".....

kami justru lebih tertarik membahas "kemarin ada anak 3-B yg dihukum lari Pak Roso gara-gara telat",
atau "semalem konsernya Gigi keren bgt, nonton nggak?"
atau juga "Juventus menang besar lho tadi malam! Milan imbang tapi. Wah, makin seru neh Liga Italy"
bahkan juga "si itu rupanya lagi PDKT sama adik kelas ya..."

obrolan ringan diselingi tawa renyah, sesekali saling mengejek,
saling lempar bantal sampai kursi (*wow ekstrim!),
bahkan saling bongkar "aib" di kelas...karena kami terpisah di tiga kelas yg berbeda....
tidak lupa gitar dan kopi menemani kami menghabiskan waktu,
dan rumah @Ayiel Arifi yg sering menjadi basecamp...

baru tanggal 27 Januari itulah kami nekat mencoba masuk rental studio musik (setelah sebelumnya berdendang ria ttg lagu yg kami sukai),
tanpa disadari....feel dan groove kami sudah sangat menyatu...nice!

**flashback jauh sebelum itu**
saat TK, saya pernah sangat mengagumi beberapa penyanyi yg muncul di TVRI (karena masa itu Ayah blm kuat membeli TV dan "antena RCTI", hehe)
saya kagum dg teknik mereka, yg belakangan saya tahu bahwa nama teknik itu adalah vibrasi...
dasar polos, "Ibu, kok suaranya bisa gitu ya? gimana caranya??" tanya saya kepada Ibu, meskipun jelas-jelas saya paham beliau bukan penyanyi meskipun saya pernah memandangi foto muda beliau ketika tergabung dalam Tim Paduan Suara di kantornya dulu..
"Ya belajar le..nyanyi-nyanyi terus, jadi dia bisa bagus kayak gitu"

hanya sebatas itu penasaran saya terhadap teknik vibrasi..

masuk SD,
saya mulai jatuh cinta dg acara-acara musik di televisi semacam "Album Minggu", "Berpacu dalam Melodi",

*bagi saya dua acara ini menginspirasi (atau mungkin ditiru formatnya) oleh Dahsyat, Inbox, Mantap yg berisi chart tangga lagu seperti acara "Album Minggu"....dan "Berpacu dalam Melodi" seperti menjadi master dari acara-acara seperti Happy Song, Missing Lyrics, dll.*

apalagi TV swasta mulai ramai dan ngetrend dg acara "Pesta"-nya Indosiar..
keadaan ini "ditunjang" dg tetangga sebelah yg merupakan penikmat dangdut sejati, yg punya hampir semua versi live-nya Rhoma Irama, Elvi Sukaesih, Meggy Z., Manis Manja Group, Erie Suzan, hingga Anissa Bahar dan Inul Daratista serta OM.Monata yg saat itu baru menyeruak muncul ke permukaan..
ada juga tetangga baru yg punya koleksi Dewa 19, Slank, Sheila on 7, BIP, Scorpion, Guns n Roses, Metalica hingga sampai Sepultura yg lumayan lengkap,
belum lagi, setiap pagi kedua orang tua tidak pernah absen menyetel Radio RKPD Tulungagung (Radio AM) yg berisikan tembang-tembang kenangan..

jadilah saya penikmat beragam musik meskipun tidak semua nyantol di hati, meskipun di telinga sudah menggema..

menginjak kelas 2 SMP,
ketika membuka Lembar Kerja Siswa (LKS), yg merupakan buku modul/pegangan siswa SMP dan se-derajat di Tulungagung saat ini,
saya melihat chord-chord gitar di salah satu bab pada LKS matapelajaran Seni Musik,
saya pikir kami hanya harus belajar notasi, meniup recorder (sejenis seruling), dan menyanyika lagu-lagu wajib untuk pelajaran ini,
namun LKS berkata lain...!
dan paranoid menyerang..."Saya harus bisa main gitar!"

"Yowes le, Bunda yo seneng kok lek nduwe anak lanang sing iso nggitar, soale Ayahmu mung seneng musik tok tapi ora iso", kata Ibu ketika saya meminta gitar itu pada beliau..
*translate : "Ya sudah, Bunda juga senang kok kalau punya anak cowok yg bisa main gitar, soalnya Ayahmu cuma suka musik tapi tidak bisa main musik" *

dua minggu setelahnya, Ayah mengantar dan melepaskan saya memilih gitar akustik yg manapun (satu lagi prinsip demokrasi yg coba Beliau tanamkan),
asal comot, sebuah gitar saya bawa pulang,
dan singkat cerita....
saya perlu waktu:
  1. dua minggu untuk menghafal chord gitar yg sangat standar,
  2. satu bulan untuk lancar memainkan satu lagu (Mimpi yg Sempurna-nya Peterpan, yg sampai membuat telinga orang serumah bosan karena saya tak kunjung lancar memainkannya)
  3. dua bulan untuk lancar memainkan lagu-lagu lain (dg bantuan mencontek chord dan mata tetap memandang ke fret gitar krn masih tahap hafalan)
  4. tiga bulan untuk lancar tanpa melihat fret gitar dan mulai bisa menyetel nada pada senar gitar
hahaha...seru juga mengingat masa itu....
ini murni karena begitu tertariknya saya dg musik tanpa pernah punya "visi" apapun,
hanya sekedar hobi dan pengatur mood saja...

pengatur mood..???
ya..!! tepat..!
tanpa disadari, kita bisa memainkan dan mengatur mood dg musik..

berlanjut, hanya dg bermain gitar dan menyanyi nggak jelas inilah ternyata membuat @Wyma Allandrio Fransada mengajak saya dalam sebuah acara 17-an di dekat rumahnya...haha
kala itu, dia sudah punya band bersama rekan-rekan yg lain (selain LaMapa), ternyata si vokalis sedang berhalangan, jadilah hari itu penampilan pertama saya di panggung kecil ditonton orang-orang,
Andai-nya Gigi dan I Miss You but I Hate You milik Slank yg mereka minta untuk dinyanyikan..

lanjut.....
jauh hari setelah itu, Ayik dan Wyma menggaet @Arindra Kristiaji dan @Hangga Bagus ke dalam "proyek" inaugurasinya..
selepas penampilan itupun kami ditakdirkan berada di satu SMA yg sama: SMAN 1 Boyolangu Tulungagung,
ya...di Smuboy (atau Smada Tulungagung, nama jadulnya) inilah "proyek" iseng diteruskan..

seorang seniman senior, Mas Cinde (yang kami kenal dari Ayik), menyarankan dan megarahkan kami untuk meningkatkan jam terbang dg main di acara-acara musik yg saat itu mulai menjamur,
dan beliau pun juga memperkenalkan kami dg komposisi dg genre lain macam Fariz RM, Ermy Kulit, Krakatau, Incognito, Chuck Correa, Tower of Power, Manhattan Transfer hingga Al Jarreau..
ya...mengarah ke soul, jazz, groove...
*walaupun sebenarnya juga nggak ngert-ngerti amat,,hehe

ini pun melengkapi keragaman bekal kami,
Ayik yg punya koleksi lagu Dream Theater (di samping koleksi VCD Depot Seni Kirun Cs miliknya),
Wyma yg gemar menonton video Mr.Big, G3, dan Yngwie Malmsteen (tontonan wajib Wyma selain Drama Korea),
Aji yg cinta mati dg penampilan SID, John Flea (RHCP), Queen, The Beatles (yg seimbang dg kecintaannya thd tidur),
Hangga yg mengisi MP3 player-nya dg Kahitna, Flanella (selain koleksi dangdutnya)..
menjadikan jazz yg coba diperkenalkan oleh Mas Cinde cukup berat kami terima,
namun justru ini yg mengena di hati kami!
*aneh

banyak cerita dari hubungan kami di LaMapa...

saya tidak pernah lupa, betapa mereka sangat menjaga hubungan ini lebih dari apapun,
seiring waktu juga, orang tua kami pun saling kenal dan akrab...
ini menjadi modal tersendiri bagi kami, sehingga ada garansi ijin ketika orang tua masing-masing dari kami tahu bahwa putranya dolan atau keluar kemanapun jika itu bersama LaMapa,,,,hahaha
*alhamdulillah kami tidak pernah menyalahgunakan kepercayaan mereka

saya masih ingat juga, saat itu karena saya tidak ingin mengecewakan mereka,
maka saya terus belajar, belajar, belajar, dan menjaga pita suara..
bahkan mereka jauh lebih cerewet dan galak saat di depan saya tersaji makanan-makanan berminyak, pedas, es, bahkan rokok....
*walaupun keempat rekan saya adalah perokok, namun mereka tidak pernah memaksa saya mencobanya

dari mereka juga saya mengenal apa itu musik, apa itu bernyanyi, apa itu seni..
bagi kami.....musik itu kebutuhan dan sebuah ekspresi...
bisa jadi candu terkuat yg mencengkeram kami,

musik juga berarti memberi...
ada kepuasan tersendiri ketika menyaksikan dan merasakan orang lain terhibur karena musik yg kami mainkan,

musik itu membebaskan...
meskipun ada aturan berupa birama dan tempo, namun kebebasan sangat terjamin dalam frame tersebut,

(bisa jadi) musik itu kehidupan...
karena dulu kami mendapat tambahan uang saku dari sini,

dari mereka pula, saya belajar arti teman, sahabat, dan saudara yg sebenarnya..
*minimal menurut pemahaman kami

well......selamat ulang tahun LaMapa.....
semoga kedewasan dan keikhlasan senantiasa mengiringi langkah kita dalam hidup...
semoga kita diberi kelancaran menggapai cita dan cinta-NYA....
amiiiiiinnn....

No comments:

Post a Comment