September 25, 2013

Aku Bermimpi

Aku bermimpi...

Ada kamu membangunkan tidurku. Tanpa melepas pelukan, kau tepukkan telapak tanganmu ke pipiku seraya menyebut namaku. Halus. Lembut. Namun membuatku segera kembali ke alam nyata setelah usai menemuimu dalam bunga tidurku.
Seketika mata terbuka. Kutemui sebuah hadiah terbesar yang selalu rajin dikirim-Nya untukku. Itulah senyummu. Senyum paling menenteramkan hingga tak kuijinkan satu makhluk manapun mencurinya darimu. Satu kecupan sayang mendarat mesra di keningmu. Pertanda terima kasihku yang tak terkira atas hadirnya lagi hidupmu dalam hariku, atas kesetiaan dan kesabaranmu mendampingiku, atas kehangatan dan kenyamanan yang kau cipta.

Aku bermimpi...

Memimpinmu pada setiap ritual Subuh. Panjatkan doa-doa terbaik atas segala impian kita. Sembari mengucap syukur akan anugerah tanpa batas dari-Nya yang diawali dengan diijinkan-Nya rasa cinta ini ada diantara kita. Kau cium haru punggung tanganku. Membuat hatiku tersungkur tertunduk penuh syukur. Akulah pria paling beruntung.

Aku bermimpi...

Ada tatap hangat, senyum tulus, dan tutur halus yang melengkapi sarapan sederhana yang selalu kau siapkan. Secangkir teh terasa sangat panjang untuk dinikmati bersama cerita dan desah manjamu. Sesekali tanganmu mengusap kemejaku yang tanpa sadar terpapar serpihan roti. Kau biarkan aku mengusap sayang kepalamu yang kau sandarkan di dadaku. Sungguh pagi selalu membuatku ingin menahan matahari agar tak segera beranjak ke singgasananya.

Aku bermimpi...

Ada pelukan sayangmu yang mengantarku beranjak pergi. Satu kecupan mesra mendarat di pipiku setelah kau rapikan krah bajuku. Kukecup keningmu membalas pengabdianmu yang tak terkira. Tak bosan dan tak letih kusampaikan bahwa aku mencintaimu. Demikianlah cara kita menahan rindu karena terpisah waktu dan tempat.

Aku bermimpi...

Ada pelukan rindumu yang menjemputku pulang. Nyamanmu selalu terpancar merasukiku saat ku membuka pintu. Petang hari tak juga membuatmu berubah. Tak beda jauh dengan pelukan pagi saat kau melepasku berangkat bekerja, tunaikan kewajibanku menjagamu, memuliakan keluarga kita. Sesekali, aku datang menghampirimu saat waktu pulang kerja kita bersamaan. Kita habiskan perjalanan menuju rumah dengan bertukar kisah yang selalu seru. Penat terbayar lunas oleh pandangan teduh dan canda ringan yang kau hamburkan bersamaku.

Aku bermimpi...

Meja makan bukan lagi sekedar tempat kita mengisi kembali energi yang nyaris terkuras. Nyatanya tempat ini juga memberi nutrisi bagi suasana hati karena bincang ringan kita yang tak pernah terputus.

Panggilan mulia-Nya hadir kembali, aku memimpinmu lagi di hamparan sajadah. Empat rokaat kali ini jelas tetap tak jua mampu membayar syukur kita atas hari yang selalu indah dari-Nya sejak kamu bersamaku.

Aku bermimpi...

Ada kamu dan pelukanmu dalam cengkerama penuh rindu yang kita gelar. Tawa ringanmu menjadi satu dari sekian banyak hal kecil yang kunantikan darimu. Waktu demi waktu selalu tak terhitung cepatnya. Begitu mudah kita mengalirkan cerita. Kita tak punya waktu untuk berpikir tentang topik apa lagi yang menarik karena semua bahasan sangat indah jika dibagi denganmu. Kamu menjelma sempurna sebagai teman bicara tanpa batas topik spesifik. Kamu benar-benar melengkapiku dalam segala hal.

Aku bermimpi...

Hey, tunggu dulu...

Aku memang sedang bermimpi. Tetapi kali ini aku tidak sedang bermimpi dalam tidur. Aku bermimpi dengan terjaga. Aku bermimpi dengan penuh kesadaran. Aku memang benar-benar sedang menggambar impian dalam nyata.

Jadi, mimpi di sini bukanlah bunga tidur. Melainkan sebuah impian yang telah aku bagi secara sadar denganmu. Pada beberapa titik, bahkan, kau bantu aku membuatnya lebih sempurna.

Ini bukan impianku. Ini impian kita. Impian yang secara sadar kita utarakan setiap malam sebelum kita menutup obrolan seru dan menjemput kantuk. Memang tak benar-benar persis bisa hadir dalam bunga tidur kita, tetapi bersamamu, aku yakin kita bisa benar-benar menjalani, merasakan, dan kelak mensyukuri impian yang kita gambar bersama ini.


Jakarta, 25 September 2013
Kepadamu, dengan penuh kerinduan....

7 comments:

  1. Unyu bgtt. Mas Ibor gabisa romatis. Pernah ngmg romantis.. jadinya pasti antara 2 hal. Kalo ga aku ketawa soalnya bahasanya awut2an.. ya dia terlalu serius dan buat aku bingung mau jawab apa.. -___-"

    ReplyDelete
  2. Unyuu banget bang aris.. ajarin bikin gituan dong biar Atas ane g curcoll... hahahaha... atas ane, I love you.. :* hahahaha......

    ReplyDelete
  3. gan, komen ane ngikut atas ane ya gan.. i love you gan :*
    #tfayme smoga Allah ridha itu menjadi nyata ya.. Amiiinnnnn :)))

    ReplyDelete
  4. @atas ane
    makasih aganwati, komen ane idem jg yaaa..
    #psfwm ;)
    semoga Allah meridhoi dan bukakan jalan itu..aamiiinn..

    @atasnya atas ane
    hahaha..monggo silakan..ada paket kursus intensif kok..
    mau ambil paket brp lama? di exc*ls* jg bisa..yg penting ttp profesional..haha

    @atasnya lagi dari atasnya atas ane
    hahaha..boleh lah ya curcol dikit..tp tolong jgn dijewer itu pacar..
    kasian..tangannya aja udah nggak bisa lepas dr gadget terus..
    katanya sih demi 'adek' nya yg #sysll gt..hehehe

    *for all, thanks for reading this post :)

    ReplyDelete
  5. Suka banget sama tulisan ini, boleh share yaaa :D rajin nulis lagi dong ris..

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih cici, inspirasinya dari adek cantik yang komen tgl.26 september 2013 di atas itu loo :)
      iya boleh, silakan cici..hehehe

      Delete